THREAD DENGAN GENRE ROMANCE, HORROR, DAN GREGET.
Warning: di part 2 ini terdapat adegan kurang baik bagi pembaca di bawah usia 17 tahun.
#coverstory
#bacahorror
#horrorthread
#horrorstory
#ceritahoror
Have a fun daayyyy.
Alhammdulillah Jakarta hujan hahahaha
Esoknya gue bangun pagi berkat notif chat di HP. Gue baca siapa pengirimnya.
10 unread dari S.
"Sayang, aku kangen kamu"
"Maaf ganggu kamu tapi aku pengen bicara"
"Kalo kamu dah bangun tolong telepon aku"
"Aku akan selalu menunggumu"
"Sayang kamu dah bangun belom?"
"Kok gak diread? kamu lagi ngambek ya?"
"Ping"
"Sayang aku tau kamu lagi tidur tapi seenggaknya bangun dong" hah? batin gue.
"Aku mimpi kamu mau diambil dariku"
"Sayang aku takut kamu ninggalin aku"
"Please kalo dah bangun telpon aku"
"sayang kamu dah bangun kan. Boleh gak kutelepon?"
Dengan berat hati, gue bales "Boleh. Maaf gue tadi gak denger notif."
"Kamu janji padaku ya apa pun yang terjadi jangan pilih pria lain karena aku cinta kamu"
"Kita lihat bagaimana masa depan bicara" jawab gue.
"Iya sayang aku yakin masa depan kita cerah" jawab S
Sampai di kampus, gue melewati masjid kecil di mana para mahasiswa sedang melakukan shalat bersama, di sebelah masjid ada gereja kecil tempat beberapa mahasiswa nasrani ibadah.
Satu kelas tertawa termasuk Pak Ahmad.
"Apa yang Pak Ahmad katakan, itu bener. Dulu gue sering dihina anak pengemis sama paman. Saat ortu tau mereka dan paman berantem."
Mendengar nasehat Pak Ahmad, gue lihat muka N kembali tenang dan ceria ala iseng.
"Ada yang mau kamu tanyakan?" tanya Pak Ahmad
"Iya pak" jawab gue
Gue menceritakan mimpi semalam, nasehat A dan Q soal mimpi, serta rasa bersalah gue sama S. Pak Ahmad mendengarkan tanpa melepas mata dari gue.
"iya pak"
"Semalam kamu bertemu tamu tanpa wajah, kamu tau dia punya wajah tetapi gak bisa melihatnya"
"iya"
"keluargamu menyuruhmu melawan si perempuan"
"iya"
"Nak, perempuan yang ada di kamarmu, saya rasa itu bukan penunggu, melainkan sosok emosional 'melindungi diri' yang ada pada dirimu. Orang Jawa sering menyamakan sosok ini dengan 'khodam', tetapi sebenarnya bukan."
Setelah mendengar pernyataan ini, gue menyadari satu hal. Sosok perempuan itu...
"Tentang sosok itu tidak mengizinkanmu keluar kamar, sebenarnya itu adalah bentuk dari pertahananmu terhadap bahaya."
"Saya asumsikan dulu kamu punya ketakutan pada sesuatu. Satu2nya jalan yang kamu tau untuk melindungi dirimu adalah tidak keluar dari kamar tidur sampai sesuatu yang mengerikan pergi."
Ya. Saat masih kecil gue takut sama tetangga gue yang suka bertamu.
"Terakhir, tamu tak berwajah." Pak Ahmad mengambil sesuatu dari tas, semacam catatan kecil yang penuh coretan.
Pak Ahmad tersenyum "saya yakin kamu pernah mendengar saya membantu mahasiswi yang kesurupan. Sebenarnya buka saya yang menolongnya, tapi mahasiswi itu sendiri"
"Mahasiswi itu kesurupan dan mengaku dirasuki oleh sosok nenek tua. Sebetulnya, dia punya rasa bersalah terhadap mendiang nenek yang tidak sempat dia kunjungi karena sibuk"
"Orangtua mahasiswi itu membawanya ke pemakaman nenek di kampung, lalu dia meminta maaf di depan makam tersebut. Setelah itu selebihnya kerabat mengatakan kepada mahasiswi itu bahwa hingga meninggal, sang nenek tidak menyalahkannya."
"Baik pak"
"Kebanyakan perempuan yang curhat sama saya mengatakan mereka takut menyampaikan perasaan karena takut diberi label 'kejam', 'tak punya hari', atau 'mata duitan'. Namun saya pribadi sebagai pria ingin jika pasangan saya jujur supaya tidak ada salah paham "
Entah siapa yang mengirim tamu tanpa muka ke gue, pelakunya bisa diurus nanti. Priorotas saat ini adalah menyampaikan perasaan gue yang sebenarnya, urusan makhlus halus bisa nanti.
Setelah gue pulang dari kampus, ada pesan dari S yang menanyakan kapan kami bisa bertemu lagi. Gue berpikir mungkin ini adalah kesempatan terbaik
Kami akan bertemu di weekend sekaligus hari ultah mamanya S.
Menuju 4 hari sebelum pertemuan gue dan S bagaikan persiapan perang. Gue menanyakan ke beberapa temen cewek gimana cara buat bicara perasaan yang benar, kebanyakan dari mereka meminta gue mengurungkan niat.
Gue tanya ke temen cowok...
"Saat lu omongin perasaan yang sesungguhnya, persiapkan jalan kabur saat dia mau nahan lu. Cowok itu biarpun gak suka sama pacarnya, gak mau ngelepas"
"Waduh jangan dong itu sadis namanya" kata temen2 cowok gue "Maksud kita itu lu cepet2 pergi dari tempat ketemuan sebelum dia narik tangan lu"
"Kok gue merasa ini juga cara kabur sadis?" tanya gue lagi
Orang terakhir yang gue tanyakan adalah Q. Saat gue ngobrol sama Q, gue jelasin nasehat Pak Ahmad.
"Iya. Kata tante, si penunggu kamar memang melindungi penghuni kamar tetapi gak sampai masuk ke mimpi"
"oohhh gituuu" kata Q
"Gak usah Q. Gue adalah pihak yang salah. Gue pacaran sama S setelah lu nolak dia, gue udah nusuk loe dan S meskipun gue gak barmaksud begitu. Kalo gue minta loe datang bareng gue, hati S bisa lebih hancur"
"Tapi S sampai sekarang masih puny rasa sama lu" kata gue
"Ada hal yang sebetulnya perlu lu tau" tiba2 Q serius.
Di ruang baca privat mahasiswa bisa konsentrasi pada tugas berkat ruang yang kedap suara. Ruang baca privat juga dilengkapi dengan ac dan tempat charger, menambah aspek kenyamanan perpustakaan
Ketika gue dan Q masuk ke ruang privat paling ujung, kami bertemu dengan A yang sedang merapikan kartu tarot.
"Ada apa ini?" si A bingung. Kami menjelaskan apa yang hendak gue dan Q bicarakan, tatapan mata A menjadi serius.
"Akhirnya lu akan mengatakan yang sebenarnya ke Alyssa ya, Q"
"Tunggu dulu, kalian berdua menyembunyikan apa dari gue?"
Q dan A menatap gue sebentar, mereka berbisik, lalu A memutuskan berbicara duluan.
"Begini Alyssa, sebelum S melamar Q, dia..."
DISARANKAN BAGI PEMBACA DI BAWAH USIA 17 TAHUN MEMBAWA ORANG DEWASA BUAT MEMBACA BAGIAN-BAGIAN INI HINGGA SAYA BERITAHU KEMBALI.
A melanjutkan "S pernah ngomong ke adiknya kalau jauh sebelum dia suka sama Q, dia suka sama teman SMA yang setia mendengarkan keluh kesahnya, tapi nggak pernah mention siapa temannya itu."
Temannya itu... adalah gue.
"Setelah gue denger kabar lu dan S pacaran, hubungan gue dan temen2 cowok jadi memburuk. Gue berpikir mereka semua egois. Lalu A ngasih tau gue soal ini"
"Gue awalnya gak paham kenapa S tega nyantet temen dia sendiri" ujar A "Saat ramal, rupanya seminggu sebelum S mau lamar Q, Alyssa dan Q berantem gara2 hal besar. Adiknya S mengkonfirmasi kalo S gak terima."
Waktu itu gue dan Q memang bertengkar hebat. Masalah ini sangat sensitif.
"Loe gak salah kok. Gue yakin Q sengaja membahas ini karena iri sama lu" Katanya sambil meluk gue.
Gue nangis dipeluk sama S, dia ngomong "Alyssa, lu lebih baik daripada Q. Lu orangnya pengertian dan sabar, gue paham lu ngeluh kayak gini bukan karena ingin gue musuhin Q"
"Gak usah. Gue cuma pengen masalah ini selesai tanpa campur tangan orang lain" cegah gue.
"Tapi Q udah bikin lu seperti ini, sampai2 semua temen lu musuhin lu. Ini dah keterlaluan"
"Udah S gak usah. Gue gak mau hubungan lu dan Q jadi jelek karena ngebela gue, yang gue mau adalah lu perlu tau aja kalo Q gak suka bahas hal ini"
"Alasan kenapa S bilang dia suka sama Q, karena laki2.."
Pembicaraan mereka membuat gue takut, selama ini Q hanya umpan agar S bisa mengetahui banyak hal tentang gue. Kika dia terang2an mendekati gue seperti cowok lain, pasti gue akan sadar motif asli S.
"Artinya seseorang yang menyantet lu di mimpi kenal sama S" jawab A.
"Pagar rumah itu adalah rumah nenek lu. Dari semak2 gue melihat lu ada di deket jendela, saat itu lu seperti sedang ditarik oleh beberapa tangan untuk keluar dari rumah."
Seorang pria naik macan.... sepertinya gue pernah denger hal ini jauh sebelum Q cerita.
"Kartu Devil, memiliki arti S akan melakukan sesuatu jika loe mengetahui dia nyantet Q"
A membuka kartu ketiga
"Terakhir, kartu Two of Fountain, memiliki arti dia gak akan membiarkan lu lepas dari dia."
"Iya" jawab A pahit "Kartu gue mengatakan S terlibat dengan mimpi lu, tapi bukan dia yang mengganggu lu. Kekurangan kartu gue adalah gak bisa menjawab semua pertanyaan yang kita inginkan."
"Alyssa, gue gak bakal mengganggu lu nanti. Gue bakal duduk di tempat yang beda, jika nanti S melakukan sesuatu, setidaknya gue bisa nolong"
Melihat keyakinan di mata A dan Q, akhirnya gue izinkan
((Terima kasih sudah mengikuti cerita ini sampai thread 2. Apakah ini nyata atau tidak, tergantung perspektif pembaca))