THREAD DENGAN GENRE ROMANCE, HORROR, DAN GREGET.
Warning: di part 3 ini terdapat adegan kurang baik bagi pembaca di bawah usia 17 tahun. Adegan tersebut akan saya peringatkan nanti.
#bacahorror
#horrorthread
#horrorstory
#ceritahoror
Sekarang udah jam 2 dini hari.
Biasanya kalo ngerjain tugas kuliah sampai jam segini gue bakal merasa ngantuk berat, tapi sekarang gak ada tugas kuliah, gue malah gak bisa tidur. Gue berharap Q dan A malam ini bisa tidur nyenyak.
Selama beberapa hari setelah kejadian bertemu tamu tanpa wajah gue tidak bisa bermimpi. Namun, malam ini gue melihat mimpi aneh lagi, lanjutan dari malam sebelumnya.
Ada seekor kucing hendak masuk ke kamar. Kucing ini berwarna putih-oren. Sosok perempuan memandang kucing itu tak senang.
Kucing di depan kami sangat mirip dengan peliharaan kakak sepupu dari keluarga ibu yang mati tua.
"Meoonggg"
Milo memandang gue manja, si perempuan menggeliat makin tak senang. Gue ingin mengetes apakah kucing ini berbahaya atau tidak, jadi gue
Gue membalas "iya gue tau" sambil mengelus Milo yang manja.
"Dia gak akan nyakar siapa pun" kata gue menggendong Milo ke pelukan "Sebab gue tau, Milo tidak bermaksud jahat. Iya kan?"
Baru gue ngomong begitu, kepala Milo berputar 180 derajat ke arah gue "Lama tak berjumpa" kata 'Milo'
"Anda tahu siapa saya?" tanya 'Milo' melompat dari pelukan gue, ikut duduk di kasur memakai posisi duduk manusia.
Gue menatap ke arah si perempuan "Lu adalah si macan yang diceritakan oleh Q"
"Anda sudah tau saya ini makhluk halus tetapi berani mengatakan saya tidak mencakar."
"Majikan lu bertujuan buat mencelakakan gue, dia mengirim lu dan dia yang mengunggangi lu ke mimpi gue."
Si perempuan berdesis menghina di samping gue.
"Berkat perempuan di samping gue, si penunggang.."
"lalu?" tanya 'Milo'
"Tanpa tamu tanpa muka, kekuatan lu gak komplit. Lu gak bisa melukai gue."
'Milo' mengangguk "Luar biasa. Tak bisa saya sangka kamu paham tentang ini"
Ada hal yang belum gue ceritakan di sini, selama beberapa hari mempersiapkan diri untuk mengungkapkan perasaan ke S, gue mendapat konseling gratis dari Pak Ahmad. Beliau menjelaskan arti...
Kesalahan dari orang yang ingin mencelakakan gue, adalah meremehkan mentalitas keberanian gue. Seharusnya orang yang ingin mencelakakan gue juga memberikan senjata ke harimau.
'Milo' meloncat dari kasur, berjalan keluar ke pintu.
"Saya akan disiksa jika memberitahu anda tentang 'dia'. Namun jika anda benar2 penasaran, ikutilah saya keluar dari sini."
Gue menatap si perempuan serius.
"Lu adalah alam bawah sadar gue. Gue merasa lu sebenernya tau siapa yang mengirim mereka ke sini."
Si perempuan mengangguk.
"S kan?"
Si perempuan diam.
Si perempuan berdiri dari kasur. Dia menunjuk ke arah luar perkebunan, 'Milo' kembali muncul dari sana.
"Siapa pun pelakunya, dia bukan dari keluarga gue."
Perempuan mengangguk.
Jalan terbaik di pikiran gue adalah menjadi orang2 bodoh di cerita horor yang terlalu penasaran.
"Gue percaya sama lu. Apa yang akan terjadi selanjutnya, gue yakin lu akan melindungu gue."
Setelah berbicara dengan si perempuan, gue mendengar suara alarm di HP.
Gue terbangun pada jam 5 subuh, kondisi di luar kamar masih gelap.
Selanjutnya gue kembali mempersiapkan mental untuk mengungkapkan perasaan pada S, di depan kaca gue susun kata2 yang tepat.
Waktu yang ditentukan telah tiba. Gue naik ojol menuju ke kafe punya sodara si S. Gue sengaja dateng sejam lebih dulu buat siap2 ngomong. Q dan A masih otw ke kafe ini, mereka kena macet di tol.
Gue lihat suasana kafe cukup sepi.
Baru aja gue nginjek pintu masuk kafe, gue mendengar ada suara memanggil.
"sayang kamu datang duluan juga ya"
Eh mampus rupanya si S.
S mengajak gue duduk di meja paling ujung, paling jauh dari tempat duduk yang lagi dipakai beberapa anak muda.
Kami saling menanyakan keadaan, membicarakan hal2 random. Gue melihat ke arah HP, ada pesan dari Q.
S memperhatikan gue, sebelun dia lihat siapa yang gue chat, langsung gue ganti laman chatnya jadi chat kelompok kerja di matkul gue.
"Gapapa namanya juga kuliah"
Tak lama kemudian pelayan wanita yang kerja buat sodara S datang membawakan kami minuman.
Dibandingkan kafe, tempat ini lebih mirip seperti rumah adat. Di atas dinding banyak lukisan2 kuno.
"kayanya ada yang pengen kamu omongin" kata S ke gue. Dia meminum es teh manis sambil mencomot snack.
"kita omongin nanti aja. Aku sekarang penasaran kira2 ibumu suka tidak sama hadiah yang akan kukasih"
Gue menunjukkan sebuah jepitan rambut berwarna emas, dulu para wanita Jawa sangat suka memakai ini di sanggul konde.
Gue gak bisa memberikan kado ultah langsung kepada ibunya S.
"Setelah magrib kami mulai makan2 nasi kuning. Kamu ikut yuk."
"Loh bukankah sebagai orang luar aku gak boleh ikut?"
"Jangan khawatir sayang. Aku dah ngomong sama bokap, dan dia bilang kamu boleh ikut selama nggak membongkar cara ultah kami"
"Eng.... Akunngomong kalau kamu satu2nya perempuan yang bakal aku nikahi di masa depan" jawab S lugu.
Di depan gue adalah kekasih yang gak pernah gue inginkan, cuma seseorang yang gue gunakan untuk merasakan pacaran.
Dia udah mencelakakan temen gue, dan gue telah menusuknya dari belakang.
A, gue ngerti lu gak mau gue bernasib sama seperti Q.
Gue sudah memantapkan hati buat mengakui perasaan asli gue hari ini. Biarpun gue cukuo kejam menetapkan hari ultah ibunya S, tapi S perlu tau sebelum dia lebih sakit.
"Apa itu?" tanya S, wajah cerianya nampak bingung, bibirnya menutup rapat. Sepertinya dia menyadari terdapat pesan tidak baik dari perkataan gue.
"Sebenarnya gue menerima lamaran lu karena gue....."
"sebelum kita mengakhiri hubungan ini, aku mau nanya."
S terdiam seribu bahasa, air mata mulai nampak di kedua bola matanya, gue asumsikan dia gak bisa menjawab.
S menangkap tangan gue yang mengelap air matanya, dia berkata "kamu bohong kan? Selama ini kamu gak cinta"
Saat dia mulai berbicara terisak, gue melihat semua tamu berdiri lalu keluar dari kafe, meninggalkan kami berdua saja.
"Alyssa aku benar2 cinta padamu! Apakah segala yang aku lakukan.."
"S, tenang dulu" gue mencoba menenangkan dia.
"Lalu apa artinya semua kebaikanmu saat aku merasa hampa? Kamu mau bilang rasamu padamu cuma cinta monyet?!"
Apakah sejak awal S merencanakan agar kami cuma berbicara berdua saja?
"S, sakit" keluh gue merasakan cengkraman di tangan gue.
Gue bahkan bisa inget ekspresi muka S, campuran marah, kecewa, dan sedih. Air mata S hari itu deras.
"Kamu tadi bilang tentang keluargaku menganggumu di mimpi kan?"
Gue mengangguk, bingung harus ngomong apa.
"Kamu betul, sayang. Aku tidak tahu bagaimana kamu menyadari hal ini. Yang mengirim gangguan di mimpimu adalah kakekku".
"ap-??"
Sebelum gue berhasil menyelesaikan perkataan, ada sesuatu yang jatuh
Gue menyesali tidak menunggu A dan Q tiba di kafe. Kejadian setelah ini membekas hingga sekarang.
Di tengah kebingungan mendengar suara2 kontradiktif, gue melihat sosok 'Milo' kembali. Bedanya, 'Milo' di sini memiliki mata merah, gigi tajam, & tubuh sebesar 1 meter. Mirip siluman kucing raksasa.
"Sayang sekali saya tidak dapat merubah diri ke wujud asli"
"Tidak, nona. Aku ke sini untuk memastikan anda tidak bangun sebelum ritual selesai"
"Apa gue tumbal?"
"Loe bukan 'Milo' yang kemarin?"
"Bukan. Saya adalah harimau lain. Berbeda dengan saudara saya, diri ini tak bisa merubah wujud sempurna" kata dia sebelum duduk di depan gue.
"Kenapa loe memberitahu gue ini?"
"Karena sebentar lagi anda akan menjadi
Wait a minute, wtf??
"Loe mau bilang gue sedang menjalankan ritual pernikahan?"
"Lebih tepatnya anda sedang menjalani ritual persiapan pernikahan"
"Tapi gue belum setuju menikah!!"
"Anda akan menikahi Tuan S"
"Lepasin! Gue harus bangun!"
"Saya tidak akan membiarkan anda sadar sebelum ritual selesai"
Gue berusaha melawan berat tubuh 'Milo', dia lebih berat dibandingkan kulkas
Dunia hitam ini bukan mimpi. Ini adalah batas kesadaran dan ketidaksadaran manusia. Si perempuan tidak dapat muncul di sini.
Gue tidak dapat merapalkan ayat kursi sebab di dunia ini seakan gue dibuat lupa. Akhirnya gue dalam hati membaca surat2 kecil.
"Berhenti nona kau menyiksaku!"
Teriakan kesakitan 'Milo' tidak gue gubris. Setelah 'Milo' melepas diri...
Ya Allah maafkan kami para manusia.yang dengan mudahnya melupakanmu di tengah keputusasaan.
Seperti ada dorongan kuat.
Saat itu gue merasa kedua mata terasa berat, sekujur tubuh terasa dingin, aroma kembang rupa menyerebak di sekitar gue.
Gue perlahan membuka mata, dan menemukan diri terbangun di salah satu kamar di rumah S.
Di sebelah gue, ibunya S sedang menangis.
"Dimana...." sebelum gue selesai bicara, ibunya S menutup kedua mulut gue.
"Nak, kita bisa bicara nanti. Sekarang yang penting adalah saya akan membantumu kabur dari rumah terkutuk ini"
Gue bukan satu2nya yang pernah dibikin menjalani ritual pernikahan secara paksa?
Berbisik kecil gue bertanya "kenapa..."
"Kebanyakan istri yang masuk ke keluarga ini, mereka diculik sebelum dibuat menikah secara paksa. Termasuk saya, ibu mertua, dan adik2 ipar"
Selesai menunggu gue meminum air segar botol aqua, Melati meminta gue mengganti baju yang juga ada di kantong belanjaan.
Melati membuka pintu di ruangan ini, tidak ada siapa2 di luar kamar.
"Sekarang anggota keluarga yang lain menjalani ritual di bawah tanah"
Melati nampak kesulitan melanjutkan kata2nya.
"Tidak apa2 ibu. Saya sangat berterima kasih." kata gue padanya.
Melati menuntun gue berjalan melewati koridor.
"Jangan melewati kebun. Itu tempat para khodam bermain, mereka akan segera melaporkan kamu kabur dari rumah" begitu kata Melati. Dia menyerahkan tas gue.
"Terima kasih banyak, Ibu"
"Percuma, nak. Berbeda denganmu, saya tidak sekuat dirimu yang dapat melawan pengaruh untuk bangun.."
Melati terdiam. Dia kemudian memandu arah menuju ke jalanan kecil terburu2.
"Alysaa!" panggil A, temen gue.
"Kalian temannya Nak Alyssa, ya? Syukurlah. Saya minta kalian bawa dia pergi dari tempat ini secepatnya"
"Bu, ikut kami" pinta gue. Dari dalam mobil gue melihat Q dan A khawatir.
"Alyssa, ada apa ini?" tanya Q "kami tadi kena macet sehingga harus melewati jalan tikus. Entah kenapa tiba2 ban bocor, lalu kami harus ke service, dan kamu tidak angkat2 telepon"
"Gue bisa ceritakan nanti"
"Dia benar. Ibu ini juga harus kita bawa pergi" dukung A yang menjadi supir. Melati terus menolak hingga kami mendengar suara2 mirip bapaknya S dari kejauhan.
"MAU KALIAN BAWA KEMANA DIA???"
"Nak, kalian sudah berusaha menolong saya. Kalian bisa celaka"
Suara Ibu Melati nampal ketakutan & menyesal "Kalian akan celaka seperti keluarga saya"
"Saya disantet untuk tidak pernah meninggalkan keluarga suami. Jika ada orang luar yang berani membantu saya, hidup mereka akan dipersulit."
"Tapi..."
"Ibu, saya sering bertemu dengan korban2 kekerasan. Cara ibu berbicara sama seperti mereka"
Segalanya masih membingungkan gue. S menyantet Q, kakek S mengganggu gue, S mau mekasa gue menikahi dia, kehidupan suram Melati, gue merasa ada satu benang yang belum ditemukan di sini.
Q membantu Melati yang lemas karena ketakutan berjalan keluar mobil, kemudian beberapa santri yang melihat ikut membantu Q.
Gue ikut mereka masuk ke sebuah aula tempat para ustad mengaji.
A mengajak vicara seorang ustad di sana. Ustad itu beristighfar, meminta para santri memanggil santri2 senior untuk membantu beliau dan ustad2 lain melakukan dzikir.
"bagaimana dengan anak2 saya di rumah suami?"
"Anak2 anda akan baik2 saja. Sayangnya mereka....
Kami semua kaget. A sama sekali tidak menceritakan tentang anak2 bu Melati, tetapi beliau tahu tentang mereka.
Ibu Melati mengatakan dirinya sudah lama tidak sholat sejak menikahi ayah S. Lagipula dia sedang haid, tidak dapat melaksanakan ibadah shalat.
Untungnya ruqyah mengusir santet diperbolehkan.
Sambil menunggu kami shalat, Ibu Melati diajak makan oleh para ustadjah.
Saat inilah Melati menceritakan masa lalunya pada kami.
WARNING: MASA LALU IBU MELATI DIHARAPKAN DIBACA SECARA BIJAK. BAGI ANAK2 DI BAWAH 17 TAHUN DIMOHON MEMBACA BERSAMA ORANG DEWASA.
Kakak Melati baru menjadi prajurit I. Prabu adalah atasannya. Di situ mata mereka bertemu.
Bukan cuma sang kakak, keluarga Melati tak setuju pada hubungan mereka berdua.
Melati adalah anak berbakti. Mengetahui keluarganya tidak setuju pada hubungannya, ia pun mulai menjauhi Prabu.
Salon tempatnya bekerja suka ramai. Setelah jam kerja berakhir, Melati sering ditawari oleh kawan2nya tumpangan, namun ditolak karena rumah Melati cukup dekat sehingga berjalan 20 menit saja sudah sampai.
Di situlah tragedi terjadi. Melati mengambil rute jalan pulang tercepat.
Dia langsunh membekap Melati, menariknya ke perkebunan tersebut, membuka seluruh pakaian, dan.....
Masa depan Melati hancur di tangan Prabu. Dengan bangga Prabu membawa Melati pulang ke rumah...
Ayah Melati menghina2 Prabu, mengatakan dia adalah manusia paling bejat di muka bumi.
Sang ayah berencana menikahkan Melati dengan seorang santri yang kebetulan mencintai Melati juga. Santri itu setuju menjadikan Melati istri walau gadis ini sudah bukan perawan.
Kakak Melati dikeluarkan secara tak terhormat dari AD. Tragedi pemerkosaan Melati tidak dapat ditemukan buktinya, sehingga Prabu cuma dihukum dipindahkan.
Tamu tersebut mengajak Melati pergi keluar rumah. Si Tamu memiliki wajah mirip muka kakaknya, menandakan bahwa Melati merasa bersalah terhadap sang kakak.
Meskipun keluarga Melati mengatakan dirinya tidak salah, kecenderungan korban untuk self-blaming cukup besar, mempermudah Prabu memasuki mimpi Melati.
Para tetangga berkata mereka melihat Melati berjalan sendirian, tangan kanan gadis itu terarah di depan seakan sedang dituntun orang. Satpam yang mencoba menstop Melati sakit keras.
Santri calon suami Melati mendatangi kantor polisi. Kakak Melati menghubungi teman2nya di AD untuk imut membantu. Semua orang sibuk mencari gadis tersebut.
Di sana Melati dimantrai santet Nglamar, dimandikan kembang tujuh rupa, dipakaikan kebaya, lalu diletakkan di ruang tempat gue pingsan.
Pukul 12 malam Melati yang masih
Adat kejawen ini menekankan bahwa pernikahan cukup dilakukan tanpa mempelai wanita ikut mengucapkan sumpah, sehingga di mata aliran kejawen tersebut, Melati resmi...
Mertua wanita Melati, yaitu ibu dati Prabu, saat ketahuan hendak menolong Melati sebelum pukul 12 malam dipukuli oleh mertua laki2.
Menurut ada pernikahan keluarga S, apabila ada anggota keluarga yang hendak melarikan mempelai wanita, dia akan...
Mertua wanita Melati berkali2 mencoba...
Efek dari santet Nglamar, adalah ketika dia yang memnerikan santet mati, maka korbannya ikut mati. Intinya mereka cuma bisa bebas dari kehidupan panjang apabila si penyantet mati.
Melati yang baru bangun tidur tentu saja lemas, tidak dapat melawan pemerkosaan kedua kali.
Esoknya, keluarga Prabu mengirimkan banyak mas kawin ke rumah keluarga Melati. Ayah Melati marah besar, dia tidak terima anaknya dinikahi menggunakan cara sesat.
Si santri setuju. Jika tidak memiliki Melati adalah jalan untuk menyelamatkan gadis tersebut, maka dia bersedia.
Sekitar tahun 80-an terjadi kecelakaan berupa kereta jatuh ke jurang. Korban nyawa sekitar ratusan orang, sisanya luka2.
Sebelum peristiwa kereta terjadi, si santri menulis sesuatu di kertas, dan menyelipkan melalui kakaknya Melati.
"aku akan selalu cinta kamu"
Sayangnya teror santet semakin ganas. Melati tidak mau ada keluarganya yang mati lagi demi dirinya, secara terpaksa paman2nya mengantarkan Melati ke Jakarta.
Wahai para pembaca, jika kalian mencintai seseorang, jangan kirim santet padanya. Kalian tidak membahagiakan orang tersebut, melainkan membuatnya menderita.
Melati selama bertahun2 menganggap dirinya membawa sial. Kasihan dia, tidak dapat menikmati hidup.
Kami bertiga mendengarkan cerita Melati simpati. Dia sudah tidak dapat meneteskan air mata, menurut A itu karena Melati sudah menyerah pada kehidupan ini.
Mendengar Melati, gue merasa sedikit bersalah. Gue memacari S bukan karena cinta.
"Iya. Saya juga baru tau saat adik perempuan S memberitahu. Awalnya saya berharap dia gak sampai berbuat keterlaluan untuk mendapat orang yang disukai, ternyata saya salah" Melati menatap gue dan Q sedih.
"Iya. Saya selalu melarang anak2 menerapkan ilmu kejawen, selalu mengganggu pembelajaran ilmu sesat tersebut, sehingga ilmu santet mereka tidak sebaik pendahulu mereka"
"Mulanya anak saya S tidak suka kakeknya ikut campur. Tapi entah kakeknya ngomong apa, akhirnya S setuju mendapatkan nak Alyssa melalui ilmu santet" jelas Melati.
"Tapi saya tak pernah menunjukkan ketidaksukaan pada S" sela gue.
Melalui adik perempuan S-lah si A tahu kalau Q disantet.
"Saat saya dan S bertengkar, saya merasa ada benda berat jatuh menimpa kepala saya, tapi tak kasat mata..."
"Harimau yang menahan saya memiliki kekurangan merubah wujud sempurna, tapi punya kelebihan berupa kekuatan besar, dia dapat menyerang tanpa pemandu."
"Sejak awal.... Sejak awal sebelum kakek S menyerang saya, harimau milik S sudah ada di sana. Dia yang menghalangi khodam milik kakek S masuk ke mimpi saya, dialah yang membuat cambuk kakeknya S tidak berguna"
Penjelasan gue membuat semua orang terdiam.
Pukul 5 sore seorang ustadjah memanggil kami semua, mengundang kami melakukan ruqyah bersama.
Melati diminta untuk menginap di pesantren hingga Komnas HAM Perempuan datang ke pesantren besok.
Melati berkata dia mau bekerja untuk kakek gue setelah gugat cerai selesai.
KomNas HAM Perempuan berencana menyembunyikan Melati di hotel syariah hingga proses pengadilan selesai, Melati setuju.
Gue meminta maaf pada keluarga karena pacaran di belakang mereka, ortu menasihati (maksudnya memarahi gue) agar selalu mendengar nasehat mereka.
Mama gue menjawab "Terus kenapa? Kalian cuma orang miskin jangan mimpi"
"Dasar keluarga miskin enak aja ngambil anak orang kaya. Sampai kapan pun kalian gak bakal mewarisi harta kami!!"
Satu informasi lagi, abang gue anggota pencak silat merpati putih. Dia udah sabuk hitam. Kalau pembaca juga belajar merpati putih, mungkin kalian pernah ketemu sama dia.
Sebelum keluarga S pergi, abang gue ngancem biar S tidak..
Di rumah ortu ada oleh2 dari Jepang, semacam jinja (kuil kecil) berwarna putih. Pagi ini jinja itu berubah warna jadi hitam, menandakan bahwa rumah kami memang diserang.
Mama meminta papa segera membakar jinja supaya santetnya ikut mati. Setelah itu mama menaruh jinja putih kedua di ruang keluarga.
Dalam 3 hari itu nenek mengadakan pengajian di rumah ortu gue. Selama 3 hari juga jinja terus berubah warna jadi hitam, menghabiskan koleksi kesayangan mama.
Pak Ahmad mengatakan kami sudah aman.
Gue denger dari Melati kalau cuma anak perempuannya saja yang mau ikut ibunya pergi ke Kalimantan.
Pernah si S mengirim gue barang2 seperti HP baru, sepatu, baju, dll. Semuanya didoakan lalu kembalikan oleh papa kepada keluarga S. Beruntung S gak tau nomor rekening gue.
Gue harap dia menyerah mengejar gue, berhenti mengikuti ilmu sesat keluarganya. Sekarang Melati sudah tinggal di Kalimantan bersama adik perempuan S.
Nenek S tidak takut diusut polisi sebab dirinya juga ikut mati. Bertahun2 menikah akhirnya sang nenek berani membebaskan diri.
Pak Prabu menjadi kepala keluarga. Rumah keluarga S tetap ada sampai sekarang. Kafe milik sepupu S masih berdiri.
1 semester lagi gue akan lulus dari Univ AJS. Mahasiswa tukang ngelawak, W & N berhasil mendapat IPK tinggi berkat belajar keras.
Sekarang gue mengambil skripsi tentang kemampuan kerja orang disabilitas, ide ini muncul ketika mengingat soal neneknya S.
Terima kasih sudah mengikuti cerita ini.
Apakah cerita ini nyata atau tidak, terga tung perspektif pembaca. Jika kalian suka cerita ini, dishare aja. 😀😀