Kedua suku ini akhirnya disebut nabi dengan laqob: Anshar (الأَنْصَارِ) yang berarti “orang-orang penolong”. (HR. Bukhari)
Sampai di sini paham?
Dimulai dari KBBI & Tesaurus.
Di Sarang, daerah pesantennya Mbah Moen, sudah ada satu ninja yang tak mempan diapa-apakan.
Leher disembelih dengan parang, tak mempan.
Kepala ditaruh tanah dan dijatuhi batu, seperti kena angin; tak terasa apa-apa.
Akhirnya nahas, ninja ini terbunuh dengan cara yang mengerikan; kepalanya dikuliti dengan silet, sampai terkelupas.
Tanda aneh, yang menurut penuturan orang adalah cap untuk dieksekusi nanti malam.
Konon, ada ninja yang hampir menelan korban kiai.
Hampir sebulan, rumah dikelilingi kang-kang pondok bersenjata bambu kuning (yang sudah diasmak).
Kadang, tengah malam ada teriakan dari lantai atas (ada kang pondok yang menjaga di sana).
“Ada bayangan meloncat-loncat di atap rumah!”
Ibu saya buru-buru mengunci pintu, saya terbangun ketika saya dan adik dipeluk ibu di pojok tembok.
Saat orang mukmin masih benar-benar minoritas di wilayah Mekah yang masih kafir, ancaman pembunuhan bisa sama mengerikan seperti yang saya alami.
Mencekam.
Dalam perjalanan yang sangat dramatis, mencekam, hingga Baginda Nabi Sayidina Abu Bakr bersembunyi di dalam goa.
Jika ini didengar sekadar cerita, tidak akan terasa. Tapi jika pernah mengalami peristiwa mencekam, maka akan berbeda.
Mikir dong, ah!
Nabi itu juga manusia, yang punya moral untuk berterima kasih atas sebuah jasa.