Pengetahuan tentang apa itu depresi dan sedikit empati, mungkin akan membuatmu jadi penyelamat
atau setidaknya bisa membuatmu menahan diri untuk tidak membuat keadaan penderita jadi makin buruk
Ya, sedikit saja empati...
Statistik WHO: bunuh diri merupakan penyebab kematian yg lebih besar dibanding kanker colon, liver sirosis, kanker leher rahim, kanker payudara, dan Alzheimer
Memakan lebih banyak korban ketimbang bentuk kekerasan spt perang, terorisme KDRT, kejahatan dg senjata, bahkan jika semua digabung jadi satu
Mungkin ini terdengar aneh
Tapi memang bagi banyak bedes sapiens depresi ini sulit dipahami
Seandainya mereka sedikit tau dan sedikit menganggap serius depresi, mereka tidak akan mengatakan hal2 yg biasa mereka katakan
Seandainya juga bisa sedikit berempati, itu akan banyak membantu
Tapi mendadak saja jatuh dalam kondisi yg sama sekali asing dan sangat membingungkan, tanpa tau sebabnya
Depresi adalah hal paling nyata yg pernah saya alami.
Bagi bedes lain, seringkali depresi tidak ada apa2nya. Kamu bisa jalan muter2 pasar dg kepala terbakar, tanpa ada yg melihat apinya
Kamu akan takut terlihat gila, shg kamu menyembunyikan semuanya rapat2 di dalam.
Kamu akan tertutup, lebih tertutup dari biasanya, mengasinhkan diri tanpa kamu sadari
Karena membicarakan depresi yg sedang kamu alami dg bedes yg peduli justru akan membantumu
Paradox dlm depresi ini seperti lingkaran setan, makin depresi makin tertutup
Jadi, berbicara ttg depresi kpd bedes lain, atau menulis ttg hal itu akan membuat kita terhung satu sama lain
Sebagai asperger yg punya handicap berat berkomunikasi, saya nulis untuk memahami diri sendiri :)
Tidak seperti binatang lain, kalau memakai baju atau bercinta kita melakukannya di balik pintu yg tertutup
Kita malu saat ada yg salah dengan diri kita. Ini jadi kendala besar saat menghadapi depresi.
Sejak saya sadar bhw depresi membohongi kita tentang masa depan, (meskipun dengan susah payah) saya pelahan lepas dari lubang yg dalam
Inipun krn saat itu saya belum tau tentang obat2an anti depresi :)
Jadi utk menggambarkan scr tepat pengalaman kita supaya bermanfaat, satu2nya buku yg patut dibaca ya buku yg kita tulis sendiri :)
Di masa2 kegelapan ilmu saraf itu ada jargon: “hanya bedes goblok pembohong yg menjelaskan kepadamu cara kerja otakmu” :)
Tapi beberapa tahun belakangan, gagasan ini didukung berbagai penelitian ilmiah
Jadi ya tidak mengherankan kalau obat2an antidepresan yg paling umum ditemui adalah jenis SSRI (selective serotonin reuptake inhibitor), salah satunya adalah Prozac
Ini menjelaskan mengapa ada penderita depresi yg tidak ngefek dengan SSRI, justru responsif dg Selective Serotonin Reuptake Enhancer
Meskipun konsekwensinya kita mesti lebih berhati2 dalam pemilihan obat2 antidepresan
Yg lebih penting mungkin kita harus sedikit berusaha memahi cara kita meng-update cara kita untul menghadapi semua perubahan dan kemajuan tersebut
Hampir semua pengetahuan kita saat ini akan dibantah atau dikaji ulang di masa depan
Tapi justru dengan lewat yang terus menerus timbul
Tugas saintis memang melakukan koreksi hal2 yg nampaknya sudah benar
Depresi bukan sekedar “merasa agak sedih”. Ini kalimat yg salah. Pada titik terburuk kamu bisa mendapati dirimu dg putus asa mengharap kesakitan fisik yg lain
Kamu bisa mengalami depresi sekaligus merasa senang.
mereka2 yg dari luar kelihatannya tidak punya alasan utk bersedih
Sebagai pengkaji neurosains bisa paham mekanismenya scr detil
Tapi 33 tahun lalu saat mengalami sendiri, yang ada dalam pikiran hanyalah bingung dan tanpa harapan
Sepulang dari rumah sakit co-schaap (ko-as), di kamar mau nyetel tape, mendadak ada sensasi aneh di dlm kepala saya, di cerebellum
Ya, di otak kecil
Berbarengan sensasi bergelenyar, spt habis menelan ikan fugu
Saat itu saya belum tahu ada efek2 fisik yg ditimbulkan depresi. Saya hanya berfikir saya akan mati, dan saya tidak takut.
Setelah itu saya terperosok jatuh dlm kenyataan baru yg sempit dan menyesakkan
Butuh 7 bulan lebih sampai saya bisa kembali merasa setengah normal!
Semuanya itu memang begitu adanya, duka yg mendalam, seperti jogging bukanlah olah raga yg menuntut kita bersaing dg bedes lain
Juga dg membaca pengalaman2 penderita depresi lain, yg berhasil bertahan dan mengatasi kesedihan mrk.
1. Sensasi bergelenyar disertai rasa nyeri yg hebat di lengan, dada, leher, dan kepala belakang
2. Ketakutan menjadi gila, membayangkan ditempatkan di ruang isolasi
4. Melihat bayangan di cermin, menampilkan bedes lain
5. Mendadak merasa lelah, sebelumnya saya tdk mengenal istilah capek
6. Secara kontinyu merasa ada hal buruk bakal terjadi
8. Sesak nafas dan nyeri dada
9. Merasa jatuh padahal saya sdg berdiri
10. Berkeringat dingin berlebih
11. Tremor tingkat moderate sampai hebat
12. Kesedihan yg tak berujung
13. Dorongan utk menjadi bedes lain, embuh siapapun saja pokoknya ganti
15. Merasa berada di gerbang serangan panik
16. Terus menerus mencari tanda2 peringatan bahwa saya akan mati atau gila
17. Mencari tanda2 itu dan mempercayainya
19. Dejavu terus menerus
20. Keinginan utk keluar dari diri sendiri barang sejam, atau semenit, atau sedetik
21. Lapangan pandang saya jadi menyempit, gelap dibagian samping, jadi curiga ada sesuatu di hypofise saya
Tidak ada cara yg benar atau cara yg salah dalam menjalani depresi
Ya kebetulan saja saya tetap bisa menjalani tugas2 saya sebagai co-schaap (ko-as), meskipun kalo diingat2 semua rasanya seperti menjalaninya dalam mimpi
Saya menyadari bhw sedang mengalami depresi ketika memasuki bulan ke-3, saya sadar ada jutaan bedes bernasib seperti saya
Saya mulai mengkonsumsi obat2an anti depresan
Dan “bergaul” dengan lebih banyak buku :)
Kalo kamu punya kesempatan berdekatan dengan penderita depresi, ADA HAL2 YANG HARUS KAMU PERHATIKAN DAN CAMKAN
1. Sadari bahwa kamu DIBUTUHKAN dan DIHARGAI, meskipun kelihatannya tidak demikian
2. Dengarkan! Ya hanya dengarkan, nasihatmu hanya akan memperparah keadaan
4. Jangan pernah berkata: “ayo bangkit” atau “semangat”. Kecuali kamu memberikan instruksi detil yg nggak mungkin salah misalnya: “kerjakan PRmu” atau “makanlah”
6. Jangan baper! Sama seperti kalo kamu merawat bedes yg sedang sakit tipes atau demam berdarah, nggak usah baper
Anggaplah ini perjuangan panjang seperti lari marathon dan bukan lari sprint 100 meter
Cinta yg tegas tidak akan membantu, dan ternyata “cinta” yg penuh kehangatan sudah cukup, unconditionally...
10. Jangan buat penderita merasa lebih aneh dari sebelumnya misalnya dia menangis karena bingung memilih kaoskaki warna apa, biarkan saja, temani saja
Paling tidak kamu tidak membuat keadaan penderita jadi makin parah
Sedikit saja empati sudah cukup