Cerita kali ini berhubungan dengan air, cukup menyeramkan. Yuk simak ya..
Ingat, jangan pernah baca sendirian, kadang “mereka” gak hanya sekadar hadir dalam cerita.
***
Kalau sedang berenang, di mana aja, gw paling takut untuk membuka mata dan melihat pemandangan bawah air.
Ada sebabnya..
***
Oh iya, biasalah, kan emang banyak cerita yang mengatakan kalau waduk atau danau atau telaga atau apalah namanya pasti ada “penunggu”nya, ada setannya, iya kan?.
Katanya, di waduk ini ada buaya putih jadi-jadian, yang kemunculannya selalu pada malam hari, mencari mangsa dengan memakan anak-anak kecil.
Memang sih, beberapa kali ada kabar sedih tentang korban meninggal karena tenggelam, dan lebih banyaknya memang anak-anak, anak-anak yang sedang berenang lalu tenggelam.
Gedoruwo? Sama, gw juga belum pernah melihatnya.
Setan perempuan berambut panjang yang suka menarik anak kecil dari dalam air ketika sedang berenang? Hmmm..
***
Iya, gw bareng Ali dan Josep punya rencana untuk pergi memancing di waduk. Jarak waduk dari rumah sekitar 15 menit bersepeda, gak jauh emang.
“Mancing di sawah belakang Ma.” Jawab gw, berbohong.
Sengaja mencari spot memancing yang sangat sepi, tepat di belakang kebun kosong yang penuh semak belukar. Di atas rerumputan kami duduk mempersiapkan alat pancing, sebelumnya Ali dan Josep sudah mencari dan menyiapkan cacing sebagai umpan.
Satu jam berlalu, masih sama, nihil hasil..
“Iya yuk, pulang aja yuk.” Timpal Josep.
Tapi gw malah muncul ide “cemerlang”.
“Sebentar lagi maghrib Brii, bahaya. Takut ah.” Begitu kata Ali, yang memang paling penakut diantara kami bertiga.
“Yuk ah, sebentar aja.” Josep setuju, dia langsung buka baju juga.
Beberapa detik kemudian lalu kami loncat ke air dan berenang dengan riang gembira.
***
Begitulah..
Gw masih bisa mendengar teriakan Ali dan Josep yang mengingatkan agar jangan terus bergerak semakin ke tengah, tapi gw gak peduli, terus saja mengambang mengikuti kelombang.
Kejadiannya cukup cepat, tapi sangat menyeramkan.
***
Ternyata, ada tangan sedang menggenggam pergelangan kaki gw, tangan putih pucat. Hanya tangan itu saja yang terlihat, karena sepertinya sang pemilik berada di bawah permukaan air.
Gw mulai tenggelam masuk ke dalam air.
Saat itu gw masih belum melihat bentuk si pemilik tangan, disamping air waduk yang gak terlalu jernih, gw juga masih gak berani untuk membuka mata lebar-lebar di dalam air.
Seketika itu pula gw langsung mencoba untuk berenang ke pinggir..
Tiba-tiba tengan kiri ada yang memegang dengan erat, dan menarik gw kembali ke dalam, ke dasar waduk.
Beberapa detik kemudian, ketika sudah berada di bawah permukaan air, gw nekat untuk membuka mata.
Gw hanya diam, ketakutan, gak bisa bergerak, gak bisa meronta, terpana melihat pemandangan bawah air yang menyeramkan itu.
Tarik menarik terjadi walaupun hanya beberapa detik, sampai akhirnya tangan kiri dapat lepas dari genggaman perempuan menyeramkan itu.
***
Untungnya lagi, Ali bilang, mereka masih melihat tangan gw menggapai-gapai di permukaan, makanya bapak itu langsung berenang menuju di mana ada tangan gw terlihat, lalu menarik gw ke pinggir, selamatlah gw.
Sejak saat itu, gw gak pernah lagi berenang di waduk itu, untuk memancing pun gw gak mau, trauma.
***
Waktu gw kecil dulu, sudah ada tiga kolam di dalam wilayahnya, satu kolam besar di bagian atas, satu kolam sedang dan satu kolam kecil di bagian bawah.
Dua kolam renang tua inilah yang akan gw angkat ceritanya..
***
Bangunan bundar pertama diperuntukkan sebagai kantin, tempat untuk pengunjung jajan dan makan.
Tapi gw tetap rutin mengunjungi tempat ini, karena memang gak ada pilihan lain..
***
Sore normal seperti biasa, kami berenang pada sore hari setelah pulang sekolah, biasanya menjelang maghrib kami akan selesai dan pulang.
Dengan riang gembira kami bermain air di kolam bawah yang agak besar. Gw masih ingat, hanya ada beberapa orang yang berada di dalam kolam, mungkin hanya enam orang termasuk kami.
Kami yang memang masih kecil waktu itu, lebih sering bermain di kedalaman satu meter saja, hanya sesekali berenang ke kedalaman dua atau tiga meter.
***
“Brii udah yuk, udah mau maghrib nih.” Ali teriak dari pinggir kolam ketika gw masih berada di dalam kolam.
Benar aja, mereka berdua lalu berjalan menuju toilet untuk mandi dan berganti pakaian. Sementara gw masih asik bermain air.
Sekali lagi, gw benar-benar sendirian di dalam kolam.
Yang membuat terkejut bukan kepalang, gw merasa kalau celana yang ditarik adalah bagian pantat, bagian yang berada di dalam air.
Ada sesuatu yang menarik celana gw dari dalam air, dari dalam kolam..
Menenggelamkan kepala ke dalam air, lalu membuka mata, mancari tahu ada apakah di bawah permukaan air.
Sampai akhirnya gw terdiam, ketika pandangan menangkap sesuatu yang kelihatan di dasar kolam..
Detik berikutnya gw terkejut, kaget, ketika sadar kalau yang sedang gw perhatikan ternyata adalah sosok anak kecil..
Dia berdiri di dasar kolam dengan wajah menengadah ke atas, melihat ke arah gw yang sedang berenang di permukaan.
Beberapa detik diam terpaku terperangah, sampai akhirnya pada detik berikutnya, anak itu tersenyum ke arah gw. Sontak gw seperti tersadar, lalu langsung mengeluarkan kepala dari dalam air.
“Habis ngapain Brii? Kok ngos-ngosan?.” Tanya Josep dan Ali saat kami berpapasan. Gak manjawab apa-apa, gw langsung berjalan cepat menuju toilet untuk mandi dan ganti pakaian.
Ketika sedang berganti pakaian inilah ada sesuatu terjadi lagi.
Saat itu pula, karena menyadari kalau sedang sendirian, gw jadi ketakutan dan berniat untuk lari ke luar.
Tapi gak segampang itu, karena tiba-tiba dari sudut mata gw melihat sesuatu.
Dia memandang dengan sorot mata tajam, lalu tersenyum.
Kami terus bertatapan, sampai gw benar-benar sudah melintas garis pintu.
Kemudian gw berlari cepat ke tempat di mana Ali dan Josep berada.
***
Tetap sehat supaya bisa terus merinding bareng.
Tidurlah, semoga mimpi indah..
Salam
~Brii~