.
.
A Thread
Menurut Ali Taher, salah satu penyebab tingginya angka perceraian adalah karena munculnya persoalan perekonomian dan perselingkuhan.
nasional.kompas.com/read/2020/02/2…
Ide dasar pengusulan RUU Ketahanan Keluarga adalah kasus narkoba serta kekerasan seksual yang meningkat.
Endang mengaku regulasi itu bentuk keprihatinannya anak dari SD hingga SMA yang menjurus ke arah seks bebas cnnindonesia.com/nasional/20200…
Beliau yang mengusulkan agar kamar anak dipisah agar tidak incest. news.detik.com/berita/d-49071…
Namun, apa langkah strategis yang SEHARUSNYA dilakukan pemerintah untuk menjawab concern ini?
Kebijakan apa yang seharusnya didorong ke public?
Membuat pasal yang menyempitkan fungsi Suami –Istri,
Menyamaratakan value setiap keluarga.
Mendomestifikasi perempuan
Ataupun,
Mengabaikan fakta bahwa keluarga adalah sesuatu yang dinamis dimana peran bisa berubah ... sesuai kondisi&kesepakatan
Apa insights yang saya dapat dari sini?
Tekanan ekonomi yang tinggi membuat para suami merasa sangat terbantu saat istri ikut cari nafkah.
Tapi juga ada ketakutan, siapa yang ngurus anak saat suami istri bekerja?
1. Kebijakan remote working, ayah ibu bisa bekerja dari rumah.
Lokasinya saja yang berubah, waktu dan kecepatan respond tetap seperti kerja di kantor biasa.
3. Kebijakan yg mendorong perusahaan memberikan cuti melahirkan untuk bapak, karena bonding anak ya ke bapak ibu, bukan cuma ibu.
Intinya fungsi DPR bisa mendorong perusahaan membuat pola kerja yg fleksible.
Saat seseorang sehat dan less stress, produktivitas meningkat. Ini bagus utk bisnis.
1. Memastikan jalanan yang bebas macet.
Inget, di kota besar banyak waktu dan tenaga terbuang di jalan.
Kalo pulang cepet kan bisa nemenin anak tadarusan, maen sama anak, nemenin ngerjain PR, ngobrol santai dll.
Ini bisa menekan angka kecelakaan di jalan raya!
Kerugian ekonomi akibat kecelakaan lalu lintas ini besar sekali dampaknya ke keluarga …
Kota aman untuk kelompok disable, anak dan perempuan.
Saat kelompok terlemah terlindungi, seluruh kota terlindungi.
Perbanyak kampanye yang mengajak laki2 ngga malu mengerjakan hal domestic sehingga perempuan ngga terkena beban ganda. Nyari nafkah iya, ngurus domestic juga iya.
"istri ikut cari nafkah, suami jangan ragu ikut ngurus rumah"
Keluarga 50:50 laaah
Kalian ada untuk mengurus hal-hal besar yg berdampak langsung ke kesejahteraan publik.
Bukan mencampuri urusan keluarga yang sifatnya dinamis dan kompromis!
Disini penting untuk melihat masalah dengan point of view yang lebih luas sehingga solusinya komprehensif dan integrated.
Kebijakan untuk perbanyak pendidikan parenting, sex education, parenting di era social media, edukasi ke pasangan sebelum menikah dll.
Intinya, bekali para ortu dengan ilmu untuk mendampingi anak2 tumbuh sesuai eranya.
Saya pernah memimpin diskusi terkait Pemberdayaan Ekonomi Perempuan di World Economic Forum. Perempuan adalah korban pertama industry 4.0
Intinya, domestifikasi perempuan membuat mereka no skill, no access, no money, voiceless.
Ga punya persiapan menyambut dunia yg berubah, waktunya habis ngurus domestik.
Paling beresiko diganti robot.
Akses pendidikan, akses modal usaha, akses mentor, akses media dlsb ... Semua HARUS dipermudah!
Yang memalukan dan menyedihkan, pengusul RUU ini banyak perempuan!