intruksi cerita ini diperuntukkan untuk 15+ karna ada hal" sadis yg tidak dianjurkan di baca anak di bawah umur. terimakasih.
"Aku sudah bilang pasti dia yg membawanya. kenapa gak ada yg mau dengar aku?" tanya Sindy frustasi.
di sesapnya lagi rokok yg tinggal setengah batang sebelum di cecakkan ke asbak.
"jelas aku tidak bisa tidur! setiap malam bagian dari tubuhnya selalu... selalu datang! pasti sesuatu terjadi padanya" kata sindy parau
"Lalu? kamu mau masuk ke rumah bule itu? mau cari Andriana? kalau bule itu seperti yg ada di kepalamu, bukankah bahaya jika berurusan denganya?" kata Lisa kesal
"kalaupun ada apa" sama dia. kita gak akan bisa bantu banyak! kita tki ilegal, lapor polisi berarti bunuh diri, dan membunuh kawanmu juga" kata Lisa
"Oke" kata Lisa menyetujui.
sebelumnya Lisa hanya bekerja di suatu rumah, merawat nenek yg sudah hampi mati. namun nasib baik berpihak padanya.
semenjak itu tak lagi dia bekerja menjaga nenek tua itu. sebaliknya dia lebih memilih menjadi simpanan laki" bule, sembari memberangkatkan tki ilegal lain.
sindy sendiri sering meihat memar di tangan, punggung, mulut dan masih banyak lg.
waktu itu hujan deras, dia datang dan menceritakan ingin lapor ke polisi.
saat itu Andriana sangat kalut, dan ingin segera mendapat kejelasan.
namun setelah menceritakan itulah Andriana tak terlihat lg. sudah seminggu tepatnya.
"jangan lama-lama" kata Sindy resah.
dengan enggan, sindy menuju arah dapur. di lihatnya tak ada satupun kresek di tempat itu.
"sindy lihat anakku"
kata suara dar balik punggung sindy. suara itu sangat pelan namun terdengar sangat jelas.
lalu sesuatu yg basah dan lengket mengalir melewati kaki sindy
lalu sosok bayi merangkak melewati kakinya.
"Anakku! anak yg ingin kalian musnahkan. hikhik jahat! kalian semua jahat" kata sosok di belakang sindy seperti tengah menangis
namun lebih mengerikan lagi saat melihat sepasanng tangan menambil bayi itu dari sela" kakinya.
"nina bobok oh nina bobok, yg sudah bobok tak bangun lg... hihihihihi"
nafas Sindy memburu, keringat dingin mulai membasahi dahinya. saat sosok di belakangnya tertawa nyaring.
"Kasian ya? Kasian aku! Jauh" kesini untuk mengadu nasib! Namun malah jadi seperti ini hihihi" kata sosok di balik punggung sindy.
Duk duk duk duk duk
Belum selesai sindy menarik nafas, seperti ada sesuatu, menendang" dari dalam kulkas.
Dengan tangan bergetar sindy membuka kulkas itu.
Hingga sesuatu jatuh menggelinding saat di bukanya kulkas itu. Berhenti pada sela" kakinya.
Triak sindy saat yg terjatuh dari kulkas itu adalah sebuah kepala. Sedang kepala itu sendiri tengah melotot ke arah nya dengan mulut yg menyeringai. Bersimbah darah.
"Hahaha hahahha hahahah"
Tawa kepala itu sembari menatapnya.
"Sin kenapa sihhhh,??? Tanya Lisa panik.
"Hah hah hah" nafas sindy masih memburu saat Lisa berhasil membangunkan sindy dari mimpi buruknya.
"Kenapa???" Tanya Lisa kesal.
"Andriana datang lg" kata sindy terisak.
Brakkkk
Intruksi Lisa sembari menggelengkan kepalanya.
Ikut terkejut dengan pintu yg terbanting keras.
"Semakin di fikirkan semakin dia akan datang. Dia datang dari sini" kata Lisa sembari menunjuk kepala sindy.
Mengartikan jika Andriana datang melalui fikiranya.
"Stttt"
Kata Lisa sembari memelototkan matanya.
Hari ini sindy terjaga, Lisa pun sama. Dua"nya saling menghabiskan malam dengan hening. Hingga saat matahari mulai muncul, Lisa mengatakan sesuatu.
"Aku pun memimpikan dia"
"Ak pun tiga hari ini tak bisa tidur, sama sepertimu. Namun sekali lagi kita tak bisa berbuat banyak. Jika polisi tau kita tki ilegal, bagus kalau hanya di pulangkan. Tapi kalau sampai di penjara di tanah orang?
Sindy mengerti, memang susah di posisi ini, namun jika terus" an Andriana datang dengan segala ke ngerianya di setiap malam, dan baru bisa tidur saat pagi tiba,
Sebelum ahirnya mencoba tidur saat cahaya matahari menenbus jendela. Disusul Lisa yg ikut merebahkan diri.
Andriana berjalan terseok" melewati sebuah lorong. Lorong yg sangat panjang dan seperti tak berujung, dengan banyak cabang. Seseorang dengan masker dan juga jaket berwarna hitam mengikutinya dari belakang.
Andriana tampak lusuh, dengan darah yg terus mengalir dari sela" kakinya.
"Akhhhhh"
Orang itu menarik rambut adriana kasar. Menyeretnya ke sebuah ruangan berbau anyir.
Setelah semua terikat, sinar terang menyilaukan mata Andriana, dan sebilah pisau mulai menyayat perutnya sedikit demi sedikit.
"Ahhhhhhh tolong jangan, sakit" kata Andriana tak sanggup saat pisau itu mulai membelah badanya.
"Akan ku balas" kata Andriana lemas, sampai ahirnya tak sadarkan diri.
Namum bukanya berhenti orang itu semakin lihai memainkan pisaunya. Badan Adriana habisbtersayat.
"Temukan orangnya" kata Adriana melotot.
"Ash hah hah"
"uhhhhhhhh, ak beneran bisa gila" kata sindy keras.
ditatapnya Lisa yg tengah tertidur pulas. jam masih menunjukkan jam 9 pagi. total hanya tiga jam sindy tertidur. itupun di potong dengan mimpi buruk.
fikiran itu bergumul membuat sindy terdiam sesaat.
"Heyyy heyy" kata Sindy sembari menepuk badan Lisa
"Hah hah" kata Lisa menutup wajahnya.
"Km mimpiin Adriana? tanya sindy hati"
"kita harus nemuin dia, kalau engga, gimana kita bisa hidup?" kata Sindy frustasi
"Iya, nanti akan aku cari caranya" kata Lisa parau
"Gimana kontrak kerjamu? bukanya sudah selesai?" tanya Lisa.
"Sudah seminggu yg lalu selesai" kata Sindy mengambil segelas air putih.
"Apa km yakin itu gak akan berbahaya buatku? km sendiri tau dia mantanya Adriana" kata Sindy dingin
"itu kalau km mau, kalau tidak juga tidak masalah" kata Lisa
"Aku mau" kata Sindy meneguk habis air yg ada di genggamanya.
sungguh tak ada yg aneh dari dirinya. terlihat sangat ramah dari luar dengan senyum yg selalu mengembang dari bibirnya.
pantas Adriana sampai melepas pekerjaanya dan berkeinginan untuk menjadi seperti Lisa. mengingat merekrut tki ilegal pun membutuhkan modal yg besar.
"Adriana" batin Sindy
"Mari masuk" kata Andri memegang bahuku.
Sebelum Sindy masuk, sindy kembali memandang jendela. Namun Andriana sudah tidak ada. Sebenarnya Sindy sendiri sangat merindukan Andriana, terlebih saat dirinya menampakkan wujud yg baik. Tak seperti sebelum"nya.
"Nek" sapa Sindy hangat.
"Beliau yg akan km urus" kata Andre menjelaskan.
Sedang Sindy mengangguk paham
Dan benar saja, saat Sindy menatap keluar jendela. Sosok Andriana tadi melihat dirinua dari jendela ini.
"Kenapa?" Tanya Andre mengernyitkan dahinya.
"Tidak, hanya saja kamar ini terlalu luas untuk ukuran perawat" kata Sindy mencari alasan selogis mungkin.
"Tidak ada kamar lain, maaf" kata Andre sebelum ahirnya
Sindy mengamati setiap detail kamar. Bulu kuduk nya sudah merinding sedari tadi. Mengingat memori" dari sosok Andriana yg mengerikan.
Sindy menatap ke arah pintu saat seorang mengetuk pintu kamar.
"Nenek" sapa Sindy ramah.
Nenek itu menatapnya tajam, namun seakan susah untuk mengutarakan sesuatu.
Namun tatapan nenek itu tak melunak, tetap tajam sembari menunjuk pintu keluar.
"Ini nenek ngusir aku apa gimana" tanya Sindy dalam hati
Namun tatapan nenek itu seperti kesal dan tanganya terus saja menunjuk ke arah pintu.
"Nenek mau aku pergi ya?" Tanya Sindy, lalu nenek mengakgguk.
"Tak ada yg boleh pergi dari rumah ini" kata Andre tajam.
"Maaf, maksud saya ibu jangan diajak keluar, dan sebaiknya km juga tidak keluar rumah agar bisa fokus mengontrol ibu" kata Andre merubah mimik mukanya menjadi sangat ramah.
"Iya pak, saya akan menjaga ibu sebaik mungkin" kata sindy mencoba setenang mungkin.
Lalu meresakan sesuatu duduk di sebelahnya.
"Ini belum apa" sin, akupun juga mengalami lebih dari yg km rasakan" kata seseorang dengan suara yg sangat familiar
"Karna yg bisa ku beritahu hanyalah ingatan terahirku hik hik, maaf" kata Andriana
"Wujud itu hanyalah bentuk dari amarah, jika tidak dalam keadaan marah sebenarna bisa saja aku menunjukkan wujud yg lebih baik" kata Andriana parau.
"Seperti sekarang?" Tanya Sindy dengan masih menutup mata.
Sindy melepas tanganya yg sedari tadi mebutupi wajah. Di pandangnya sosok yg tengah duduk di sebelahnya yg juga menatapnya lekat.
Degup jantung semakin kencang saat keduanya beradu tatap.
Matanya tak hentinya menangis, masih sangat jelas wajah Andriana walau terlihat pucat pasi.
"Na..." kata sindy parau.
Sindy yg mendengar juga tak kalah tersayat hatinya. Melihat sahabatnya bernasib sedemikian rupa.
Sindy mengangguk, tak kuat melihat sahabat seperjuangan nya semenderita ini.
"Akan ku usahakan apa yg aku bisa agar km tenang" kata Sindy meyakinkan
"Trimakasih" kata Andriana lambat laun menghilang.
setelah Andriana menghilang, sindy merebahkan kepalanya. saat badanya hendak terlelap sesuatu terjatuh di atas kepalanya.
"Ahhhhh, sial" kata Sindy mengurut keningnya.
ditatapnya sesuatu yg sempat menghantam kepalanya.
"Sandy?" tanya sindy dalam hati.
"hari ini sandy berusia 3 bulan ho happy!"
sindy menutup mulutnya, melihat foto rontgen, memperlihatkan janin mungil yg saat itu berusia 3 bulan.
"karna aku hamil, Andre sudah sangat jarang memukulku. bahkan aku sekarang tinggal di rumahnya. sabar sayang mama sedang berjuang"
sindy menitikan air mata, tak kuasa membayangkan apa yg terjadi setelah ini
"aku sangat senang saat Andre ingin memberku hadiah. padahal waktu itu aku tengah berdebat panjang, memintanya untuk memberi kejelasan, dan memintanya berpisah dengan istrinya. kukira dia mengabaikan keinginanku. sampai suatu kotak di berikan padaku
Sindy menggigit bibir bawahnya, merasakan kengerian yg amat sangat.
"Aku merasa sedang tidak baik2 saja. aku baru saja ke ruangan kerja Andre, pantas saja dia tak pernah mengijinkanku. ruang kerjanya sangat mengerikan. aku bukan tidak tau kalau dirinya seorang dokter. namun ak tak pernah berfikir dia akan menyimpan
di tatapnya sebuah kartu yg bertuliskan teka teki silang
"1.Patung kepala kuda
2. nenek tua
3. ruang gelap di dalam ruang gelap
"aku berhasil menemukan clue nya, baunya sangat anyir, ruanganya gelap dengan cabang di setiap lorongnya. banyak mayat tanpa mata, badanya di koyak habis. kepalanya hilang. dan sebagian di gantung. aku ketauan"
"aku di pukul, aku di tendang, aku melindungi perutku, aku menyeringkuk, supaya sandy aman"
"aku berhasil kabur, aku menemui sindy temanku. tapi aku tak bisa menceritakan keseluruhan karna aku mencintai Andre. waktu itu aku hanya ingin pulang ke rumah. tapi sindy tak bisa membantuku"
Sindy kembali menangis, dadanya sesak, andai saja dia bisa membantu
"Aku menemui Lisa, dia meneriakiku, mengatakan aku bodoh, dan mengatakan dia tidak bisa membantu banyak. tapi bukanya memulangkanku ke rumah orang tuaku, dia menelfon Andre, dan Andre membawaku kembali ke rumah"
"Siapapun yg baca ini, tolong aku, tolong sandy"
Sindy menggigit bibir bawahnya, memikirkan clue yg ada di kertas, mengingat di lembar demi lembar Adriana tidak memberikan informasi bagaimana dia memecahkan clue tersebut.
"Iya pak?" kata Sindy dengan jantung yg berdegub.
sindy berlari menuju lantai bawah.
"Tolong ibu di mandikan, saya ada urusan dan akan pulang sangat larut malam, atau mungkin tidak pulang. tutp semua jendela dan kunci. dan
"i i iya pak" kata Sindy menunduk.
setelah Andre pergi, sindy menutup pintu, mendorong nenek ke sebuah kamar yang sudah di tunjukkan oleh Andre.
kamarnya sangat luas dengan gaya klasik yg sangat kental, banyak patung" kecil, juga tulisan" cina di dinding kamar.
setelahnya di dorongnya nenek ke kamar mandi dekat kamar, setelah memasukkan nenek ke badtub, sindy pergi dari kamar mandi untuk mempersiapkan baju.
mengingaykanya pada clue yg tadinya ada di buku.
diambilnya kepala itu, dan benar saja di bawah patung itu terdapat sebuah kunci dan selembar kertas.
Sindy mengernyitkan dahinya memikirkan maksud kalimat yg berada di kertas itu.
"hmmm hmmm" suara nenek
"Ahh iya nek sebentar" kata Sindy memasukkan kertas dan kunci itu kedalam sakunya.
"Perasaan nenek biasa saja, dia menatapku tajam hanya sesekali, dan beliau tidak selalu berada di dalam ruangan" tanya Sindy di dalam hati.
namun langkah sindy terhenti saat berada di depan kamar Andre.
dengan segenap kekuatan di bukanya pintu kamar itu. namun saat sindy akan membuka, pintunya terkunci.
"Sial"
dan benar saja, kuncinya cocok. di bukanya pintu itu dan..
ruanganya sangat gelap dan engap. coba dicarinya saklar untuk menyalakan lampu. hati sindy masih berdegup kencang. takut kalau Andre
"ketemu" kata sindy menyalakan lampu.
namun bukanya lega, sindy malah bergidik ngeri saat lampu itu dinyalakan.
lampunya berwarna merah, ruanganya sangat berantakan, dan sedikit berbau anyir. namun itu semua bukan tanpa alasan melihat ada satu baju yg berlumuran
sindy berjalan mendekati tempat duduk, lambat laun terlihat sebuah toples, atau apalah itu. didalamnya terdapat sosok mungil dengan penuh cairan bening.
dan di toples itu tertulis ''sandy, my son''
badanya disusun sedemikian rupa, tanganya, kakinya, sudah tidak pada tempatnya. dan matanya. hilang
sindy mengambil hp nya, memfoto setiap apa yg dia temukan, persetan dengan masuk penjara. manusia seperti dia harus masuk penjara.
lalu saat sindy hendak keluar
''5 langkah dar pintu''
sindy yg membava itu langsung paham. sudah pasti ruang gelap di bawah ruang gelap, yg di maksud adalah lemari.
namun dirasa semuanya cukup
setelah keluar dari pintu sindy buru'' masuk kamar. membawa tas srempangnya dan menuju pintu keluar.
juga semua bukti yg dia punya.
saat di seperempat jalan, sindy teringat kata adriana, saat dia meminta bantuan kepada lisa.
enggan di laporkan ke andre, sindy meminta taxi berhenti.
sindy berfikir mungkin saja andriana ingin kesini, namun belum kesampaian.
ahirnya tanpa menunggu lama, sindy menuju alamat tersebut. rumahnya sangat besar. membuat sindy sedikit ketakutan. namun dibulatkan tekatnya
setelah beberapa kali mengetuk pintu, seorang perempuan berusia sekitar 50 an membuka pintu itu. pandanganya menaruh tanya. namun ahirnya mempersilahkan sindy masuk.
''maaf, ada keperluan apa ya?'' tanya perempuan itu
perlahan mimik wajah perempuan itu berubah.
''apa sesuatu terjadi padanya?'' tanya perempuan itu.
sindy tidak menjawab, namun menyodorkan sebuah buku dan hp nya.
''dia pernah mencariku, aku seorang psikolog. emhh namamu Amor'' kata amor parau.
''dulu dia pernah berkonsultasi mengenai seseorang yg mempunyai kecenderungan melukai orang lain.
"Lalu dokter bisa bantu saya?" tanya sindy memelas
"apa yg km mau?" tanya Amor
"saya ingin dokter memasukkan dia ke rumah sakit jiwa!"
Amor seperti mempertimbangkan
"Andre sandeward"
"Apa?" tanya Amor seperti tak asing
"Andre sandeward"
"Akan saya bantu. saya kenal siapa dia" kata amor menerawang.
hal pertama yg dia lakukan adalah menemui keluarga Andriana.
memang benar semuanya sudah terungkap, dan Andre sudah masuk ke rumah sakit jiwa. namun rasa bersalah masih melekat di hati lisa saat tak bisa membawa jenazah Andriana
namun tetap saja dilakukan penguburan, dan juga doa.
dikuburkanya foto janin sandy, dan juga foto andriana. dikuburnya juga dalam" rasa benci kepada orang yg telah membunuh keduanya,
nisan itu sendiri di beri nama Sandriana, nama dari janin dan ibunya.
lalu samar" aku melihat sosok perempuan, wajahnya sangat cantik, bersih, dengan tersenyum menunjukkan bayi bermata biru
aku lega, sangat lega. namun sepertinya Lisa tidak.
setiap malam dia mengirim pesan berisi makian, atau, selalu menceritakan tentang kepala yg ikut tidur bersamanya, rintihan bayi dan masih banyak lg.
tp sekali lg aku tak mau tau. salahnya yg terlibat dengan
kini sindy menutup kisah itu dalam" membuka lembaran baru dan terus mendoakan Andriana.
"jangan lupa like, supaya aku makin rajin bikin thread" selanjutnya" makasih