** Kisahku pada Masa SMU **
| - Chapter 3 - |
`Dimulainya Pertempuran Gaib`
#bacahorror
@bacahorror
"Bagaimana caranya beliau bisa dengan cepat tiba di rumahku?"
Itulah beberapa pertanyaan yg terbersit pada saat itu.
"Ko bisa lebih mudah non medis dari medis?"
Beliau menjawab
"Kalau non medis bisa mengatasinya secara langsung ke inti, kalau medis terkadang ada faktor x yg diakibatkan oleh tingkah laku si penderita penyakit itu"
Aku: "Indah dan sejuk ya Kek tempat nya, Aydin betah di sini."
Bagaimana tidak indah, ketika pandangan lurus ke depan terlihat sebuah gunung, sebelah kanan & kiri pematang sawah terdapat pohon-pohon tinggi menjulang dan rindang.
"Katakan pd keluarga jgn lagi bersedih atas kepergian Abah. Bahan-bahan ini (sambil menunjukkan beberapa tumbuhan & rempah) adalah obat untuk Ibu dan Nenekmu. Cukuplah perhatian sebagai obat untuk tantemu."
Kakek: "Ayo ikuti Kakek!"
Kami pun melangkah menuju suatu tempat yang ternyata terdapat sebuah rumah sederhana di mana di samping kirinya ada tempat penampungan air yang sumbernya entah dari mana.
"Iya, iya, Aku sudah bangun" ucapku.
Seperti biasa Aku ambil wudhu kemudian shalat malam.
Alhamdulillah semenjak disampaikannya pesan tersebut, kami mampu terlepas dari borgol kesedihan.
"Segeralah pulang, sebelum tembakan gaib mengenai Ayahmu"
Setelah mendengar bisikan itu, Aku segera mengajak ayah untuk melanjutkan perjalanan.
Aku masuk ke kamarku lalu kurebahkan tubuh ini.
"Apa yg sebenarnya terjadi? Suara siapa yg berbisik tadi?" pikirku.
"Aku sudah bangun, tolong jangan dulu pergi, ada yg ingin ku tanyakan selepas shalat nanti" gumamku yg ditujukan kepada beliau.
Selepas shalat Aku mencari keberadaan sang perempuan, tapi sayang beliau sudah menghilang.
"Yah tidak dihiraukan segitu saja sudah uring-uringan. Mana sabarmu?" Bisiknya dengan logat meremehkan.
Sedikit kata2 yg keluar namun cukup telak menampar arogansiku.
Berulangkali ku ucapkan kalimat itu sambil berusaha untuk menenangkan diri dari kejengkelan yang seharusnya bisa kukendalikan.
"Hey Jalu, puasa sunahlah mulai dari sekarang. Shalatmu adalah tamengmu dan puasamu akan memperkuat tamengmu.
Ayah: "Oh saklar di kamar meledak, sepertinya ada yg konslet kabel listriknya."
A Jati: "Butuh bantuan Jati untuk memperbaiki saklarnya pak?"
Ayah: "Gak perlu, bisa saya perbaiki sendiri, terima kasih"
Kami pun kembali masuk ke rumah.
Tidak lama Ayah kemudian berangkat menggunakan vespa nya dan sebelum maghrib sudah kembali.
Beliau mengatakan bahwa kejadian sore ini dan beberapa hari sebelumnya merupakan serangan gaib yg sengaja ditujukan kepada Ayah.
"Iya Pah, Insya Allah bisa." jawabku.
Ketika semua orang sdh tertidur, Aku melanjutkan membaca dzikir yg menjadi tugasku menggenapkan menjadi 20rb kali.
Tugas ini bukan hanya untuk malam itu saja, namun begitu juga dg malam2 berikutnya.
"A, mulai besok Lani kerja shift siang seminggu ini, jadi selama kerja shift siang Lani gak bisa ikut baca dzikir. Gak apa2 ya?"
"Iya, gak apa2" jawab Ayah sambil memandangku.
"Ay, gantikan tugas bibi ya, nanti bibi kasih uang deh kalau sudah gajian ya?" Pinta Bi Lani sambil tersenyum dengan muka memelas.
Ku jawab "Gak mau akh, rugi. Masa pahala ditukar uang."
Aku: "Bibi gak perlu khawatir, gak perlu juga merasa bersalah, kerja aja yang tenang. Tugas bibi biar Aydin yang gantikan."
Bi Lani: "Ok dech kalau begitu, thank pake banget ya Ay."
Aku: "Iya, sama-sama. Oh ya Bi, kalau nanti bibi gajihan,
Bi Lani: "Sama aja kalau gitu mah Ay"
Aku: "Ya beda lah, kalau bibi ngasih uang gara2 tugas bibi Aydin gantikan, ya gak ada pahala juga buat bibi.
Bi Lani: "Bisa aja kamu Ay. Iya deh bibi ngerti maksudmu."
Aku: "Apa coba kalau emang ngerti maksud dari ucapan Aydin?"
Bi Lani: "Supaya mendapatkan pahala kalau beramal harus ikhlas."
Bi Lani: "Maksudnya?"
Aku: "Ikhlas itu beramal tanpa mengharapkan sesuatu, ikhlas itu beribadah bukan dikarenakan ingin masuk surga atau dikarenakan takut neraka. Ikhlas itu bukan kata2 yg perlu diucapkan.
Bi Lani: "Jd salah kalau ibadah krn ingin masuk surga?"
Bi Lani: "Oh gitu, sekarang bibi sudah ngerti maksud dari ikhlas itu apa. Terima kasih atas ilmunya ya Ay"
Aku: "Iya Bi, sama-sama."
Siang itu Aku berangkat mengendarai motor Ayah menuju tempat bimbel.
Aku: "Mah, boleh Aydin minta tolong dibuatkan mie goreng? Badan Aydin terasa lemas."
Ibu: "Ya sudah Aa shalat dulu,
Aku: "Masaknya 2 bks ya Mah, Aydin lagi malas makan nasi."
Ibu: "Emang bakalan habis gitu A? Gak berlebihan?"
"Insya Allah gak berlebihan Mah, sudah Aydin takar." Balasku sambil tersenyum.
Waktu Isya sudah tiba, Aku shalat Isya di rumah saat itu.
Pkl 9an ibu membangunkanku
Ibu: "A, tidurnya pindah, Mamah sudah ngantuk.
" Iya Mah" jawabku
Aku: "Belum ngantuk Yah?"
Ayah: "Sedikit terasa, tp dzikir Ayah baru sekian (sambil memperlihatkan alat penghitung dzikir). Kasihan Aa kalau tugas Ayah sendiri dibebankan ke Aa."
Ayah: "Iya."
Aku lalu masuk ke kamar membawa beberapa buku pelajaran lalu kembali lagi ke ruang tengah. Sambil dzikir Aku mengerjakan beberapa PR untuk pelajaran besok.
Tak terasa waktu sudah menunjukkan Pkl 11, Aku keluar rumah untuk menjemput Bi Lani di depan gang tanpa memberhentikan aktivitas dzikirku.
"Nih buat nemenin Aydin begadang."
Aku: "Alhamdulillah, thanks ya Bi."
"Pergilah sebelum Aku meminta Pelindungku untuk melenyapkanmu."
Aku membuka pintu lalu masuk ke dalam rumah.
Tak terasa waktu telah menunjukkan pkl 1, Aku pun ke kamar lalu tidur.
Tepat tengah malam di mana dzikirku hampir selesai, terdengar seperti lemparan kerikil menghantam genteng rumah.
Memang kalau rasa iri sdh "membutakan" nurani akan menyebabkan rasa dengki sedemikian sehingga tak peduli lagi berbuat syirik lalu menganiaya.
"Inna lillaahi wa Inna ilaihi Raji'uun".
Aku cukupkan perjalananku, setelah kembali, Aku berusaha untuk mengendalikan emosi yg masih hinggap dgn berjalan ke kamarku kemudian kurebahkan tubuh serta ku atur nafasku.
Tak lama Aku pun tertidur. Di dalam mimpiku Aku sedang merebahkan tubuh, lalu muncul sesosok ular besar dan panjang bergerak mendekatiku.
"Apakah ada makna tertentu atas mimpiku tadi ataukah hanya sekedar mimpi belaka?" Gumamku
~~~
Cerita mengenai hal ini akan saya tulis pada thread berikutnya Kisahku saat Kuliah pada chapter I Peristiwa KKN
~~~
InsyaAllah cerita akan mulai saya tulis malam ini.
Rasa iri atas perolehan orang lain biasanya akan memicu tindakan-tindakan berikutnya.
Rasa iri layaknya berbohong, dmn satu kebohongan akan ditutupi kebohongan yang lain.
Oleh karena itu, mari kita belajar untuk mensyukuri atas nikmat yg Allah berikan.