Semoga dapat dimengerti dengan baik sebelum triggered 😃
This is a no brainer..
Kesadaran masyarakat di Indonesia akan mental health masih berkembang..
Banyak yang belum memahami dengan baik apa itu mental illness, perbedaannya dengan emosi, kerasukan, kurang iman dll..
And this is the normal side of the campaign that you usually see..
.
.
But there are some backside
"Badanku ga mau bergerak sesuai yang kusuruh.."
"Otakku mengatakan hal yang berbeda.."
"Depresiku yang mulai aktif lagi.."
"Bipolarku.."
Etc. Etc. Etc.
Sometimes, this kind of campaign backfired.. People started to "solidify" mental illness and use it as a cause
Well, guess what, depression is a symptom-based diagnosis..
So it is not a cause.. it's a collection of symptoms
Melainkan karena kamu sedih berkepanjangan, kehilangan gairah, etc etc (dan syarat diagnosa lainnya menurut DSM)..
makanya kamu di-diagnosa depresi...
Namun 10 depresi memiliki 10 cerita penyebab yang berbeda-beda..
"aku memiliki depresi"
layaknya
"aku memiliki diare"
.
.
Kenapa?
Karena "aku" dan "depresi" tidak sepenuhnya terpisah..
Menghindari kita dari rasa tanggung jawab..
Tanggung jawab yang sebenarnya dibutuhkan untuk berbenah dan berusaha menjadi lebih baik..
Apakah kampanye "MENTAL ILLNESS IS REAL" bermanfaat?
Well.. yeah.., tentunya untuk kepentingan raising awareness, etc..
But in the process of psychotherapy.. sometimes it backfired.
Final quotes untuk menutup thread ini,
📛 Own that shit and let's overcome this suffering together 📛
- The End -