My Authors
Read all threads
Kakak itu menaiki sebuah batu. Sedangkan aku membelalakkan mataku karna melihat sosok besar tengah melotot karna kepalanya terinjak.

#horrorthread #bacahorror #ceritaht #bacahoror
Selamat malam, sebut saja namaku dewi.
Aku anak yg aneh, aku penyendiri dan aku bisa melihat yg kalian tidak bisa lihat.

Orang bilang aku indigo, orang bilang aku punya indra ke 6. Dan masih banyak lagi.

Dan cerita ini bermula saat aku masuk ke salah satu SMA di kota B.
Sewaktu smp aku tak memiliki teman. Lebih tepatnya tak ada yg mau berteman denganku "takut" satu kata itu yg ada di fikiran mereka saat hendak berteman denganku.

Terlebih smp ku sendiri berada di desa, lereng gunung. Jadi hall seperti hantu memang sangat banyak.
Sering kali membuatku tak dapat mengontrol diri saat mereka datang dan mengejutkanku.

Maka dari itu aku memilih ber SMA di salah satu SMA Swasta. Guna untuk membuka lembaran baru.

Namun Saat aku masuk begidik bukan main aku. Sampai pernah berfikir untuk pindah ke SMA lain saja.
Ini adalah SMA yg sangat tua, aku tau benar itu. Sma yg dulunya juga sma ibuku.

Bangunanya masih bangunan lama, dari jaman belanda. Dan bukan itu saja. Di belakang sma ini pun terdapat rumah sakit paling angker di indonesia.

Kalau ku beri tahu kalian pasti langsung ngeh.
Karna sudah banyak yg datang kesana untuk keperluan tv, youtube dll.

Rumah sakit itu sudah lama tak berpenghuni, sudah rubuh separuh bangunanya.

Dan salah satu mahluk dari sana, menjulang tinggi hingga kepalanya terlihat dari SMA ku. Bayangkan saja seberapa besarnya.
Namun karna ingin membuka lembaran baru, tak ku tunjukkan jika aku bisa melihatnya.

Untuk 3 tahun ke depan aku ingin menyembunyikan hal ini.
@bacahorror #bacahoror

seminggu di SMA ini aku mulai terbiasa. hantu2 nya pun tak sebegitu menakutkan. mungkin hanya hantu" dari rumah sakit itu yang menakutkan. taulah kalau hantu dari rumah sakit pasti banyak luka dan berdarah2"
@bacahorror selepas upacara, aku berkumpul bersama kawanku seangkatan.

hanya informasi, sekolahku tidak pernah ada pramuka. akupun tak tau kenapa, yang pasti pramuka di adakan lagi saat aku masuk ke SMA ini.
@bacahorror waktu itu aku dan kawanku berkumpul untuk pemilihan pramuka inti.

jadi ada pramuka wajib dan ada pula pramuka inti. dan aku adalah salah satu yang memilih untuk masuk ke pramuka inti.
@bacahorror tidak ada alasan yang spesifik, hanya saja setiap siswa di wajibkan memiliki minimal satu ekstra kurikuler. dan hal itulah yang membuatku memilih pramuka.

karna background ku sendiri SMP Negri, yang sudah tidak asing dengan pramuka. itulah sebabnya aku berfikir ini akan mudah.
@bacahorror setelah mengikuti beberapa pertemuan, minggu depan akan diadakan diklat.

aku sendiri sudah memiliki dua kawan dekat yang dengan senang hati berkawan denganku, yg satu namanya Julius, panggilanya Uus. sedang yang satu lg namanya Laras. Laras ini sinden cilik yang rumayan kondang
@bacahorror kondang (terkenal) di kotaku tinggal.

karna sudah sering ikut pagelaran wayang kulit. namun karna di rumahnya dia sering sendirian, ahirnya dia menyibukkan diri dengan ikut banyak ekskul, salah satunya Pramuka.
@bacahorror dan untuk minggu depan pun tempat diklat sudah di tentukan. namunnnn, karna panitia sendiri dari anak PA (pecinta alam)

karna sekali lagi tak ada ekskul pramuka sebelum angkatanku. mereka memilih tempat yang rumayan jauh, dan sialnya mereka pun tak pernah kesana.
@bacahorror aku ingat betul waktu itu yang benar" berangkat hanya 8 orang, termasuk aku, uus, Laras, dan dua orang panitia dan satu pembina.

yang tau persisnya tempat itu adalah pembinaku, namanya Pak Ato.
@bacahorror setelah memberikan pengarahan kita pun di bawa ke sebuah bukit yang cukup rukut.

rukut sendiri berarti banyak pohon-pohonya, tempatnya sangat rimbun dengan jalan setapak yg hanya bisa di lewati satu orang. hal itu membuat kita harus berbaris.
@bacahorror sesampainya di bukit, kita mendirikan 3 tenda. karna jumblah dari kita sangat sedikit, panitia dan peserta tidur dalam satu tempat.

jadi yg satu tenda cewek, yg satunya lagi tenda cowok. sedangkan satu tenda sisanya, untuk menaruh barang dan bahan makanan
@bacahorror selesai mendirikan tenda aku melihat sosok perempuan tengah mengintip di balik pohon.

aku sudah memperkirakan ini akan terjadi, biasanya sosok" seperti itu akan muncul satu persatu karna penasaran, karna melihat kaum kita, atau karna merasa terganggu.
@bacahorror namun kalau bisa hindari opsi terahir, mereka akan sangat menyebalkan jika marah.

setelah memasang tenda kita di suruh berkumpul. Ya! ini adalah bagian ter menyebalkan dalam sebuah diklat.

pembentukan mental.
@bacahorror "saya mau kalian semua di sini kuat bukan hanya secara fisik! namun juga mental! maka dari itu kami sudah mempersiapkan hal yang menarik untuk kalian semua"

kata salah satu kakak panitia, namanya Lidia
@bacahorror "denger gak?" kata Lidia pengeplak kepala Uus yang sontak membuat uus memandang dengan tatapan sinis.

"Kenapa Gak suka?" kata seorang salah satu kawan Lidia namanya Bagas.

"Saya manusia kak, tolong di manusiakan" kata Uus lantang.

"Taik nih orang" kata Bagas kesal
@bacahorror aku tak ingat apa saja yang panitia itu katakan, yang pasti aura dari mereka mendundang banyak mahluk untuk datang.

"Hehhh, sudah-sudah" kata Pak Ato melerai.
@bacahorror namun walaupun sudah tidak marah, panitia itu menyuruhku dan 4 orang lainya memakan sesuatu yang di gelar di daun pisang.

aku ingat betul itu adalah sesuatu seperti nasi, yang di campur dengan sayur yang di aduk menjadi satu. sehingga terlihat seperti muntahan orang
@bacahorror aku bukan hanya geli, namun ingin muntah saat itu juga. dan ku lihat kawanku pun tidak jauh berbeda.

"Makan, abisin! lak gak entek sampe enko bengi gak kiro entok mangan. gek lak onok seng sampek muntah, muntahan e kudu di pangan bareng-bareng"
@bacahorror (makan, abisin! kalau sampe ga habis nanti malam kalian gak bakal dapet makan, dan kalau ada yang sampai muntah. muntahan itu harus kalian makan bareng-bareng" kata Lidia dengan tatapan tajam.

mendengar itu pun aku berdoa di dalam hati, semoga tak ada diantara kami yang muntah
@bacahorror Namun sepertinya doa ku tak terkabul, Laras muntah. dan hal itu membuat Lidia merasa Puas.

tapi bukan itu yang mengerikan. yang mengerikan adalah sosok di belakang Laras yang tengah menatap Lidia nyalang.
@bacahorror sesuai konsekuensi kita semua makan muntahan itu, jangan tanya rasanya, karna akan sangat susah untuk ku mendeskripsikanya.

namun akan lebih mudah untuk mendeskripsikan sosok di belakang Laras. aku tau benar itu Batur, sosok yang di pelihara untuk dijadikan penjaga.
@bacahorror sepertinya dia tengah bereaksi atas aura dari badan tuanya.

sebenarnya aku sudah melihatnya beberapa kali, perawakanya wanita jawa dengan rambut yang di sanggul, memakai kebaya berwarna merah dan jarit berwarna putih.

wajahnya sangat cantik namun tatapanya kosong
@bacahorror itulah yang aku lihat di hari biasa.

tidak seperti hari ini, karna tuanya merasa tidak nyaman dia pun berubah wujudnya. dia tak lagi anggun. kebayanya koyak, wajahnya penuh parut, dan tatapanya nyalang sembari mulut menganga.

sungguh perubahanya membuatku bergidik ngeri.
@bacahorror @bacahorror #bacahorror

setelah habis makan, kita memasak untuk makan malam, sungguh seharian ini badan seperti sedang di kerjai. tak ada istirahat dan terlalu banyak menggunakan fisik.
@bacahorror setelah masak, sekitar jam 4 sore kita melakukan penyusuran. entah apa fungsinya. yg pasti kita di suruh untuk mengelilingi bukit pada saat itu.
@bacahorror di setiap pemberhentian, kita di suruh memungut kayu" atau mengambil pukis yang bisa di makan.

dari sini barulah aku tau fungsi menyusuri bukit ini apa.

jadi penyusuran ini di bagi menjadi 4 post, dan di setiap pos nya ada sebuah pertanyaan, entah itu sandy morse, tali temali
@bacahorror dll.

sejauh aku berjalan semuanya aman. sampai ahirnya kita akan masuk ke post 4. post 4 sendiri adalah sungai.

saat kita hendak menyusur pinggiran sungai, kita berpapasan dengan seorang bapak yang habis mencari kayu bakar. terlihat dari tumpukan kayu yg beliau bawa
@bacahorror "Lho arep podo nyandi ngger?" (lhoh pada mau kemana nak?) tanya bapak tua itu.

"ajeng nyusur kali pak, ndamel diklat e arek-arek" (mau nyusur sungai pak, buat diklatnya adek-adek) kata Lidia ramah.
@bacahorror "Mending tu ndukur ae, lak surup-surup bahaya" (mending lewat atas saja kalau surup-surup bahaya) kata bapak tua itu mengingatkan

"nggih pak" (iya pak) kata Lidia

namun saat bapak itu sudah menjauh, ternyata Linda tak mengindahkan kata bapak" itu.
@bacahorror saat itu hari sudah mulai gelap, semburat merah di langit juga sudah mulai memudar.

dan kita masih menyusur sungai.

karna kita cuman ber 7 aku ingat betul jika ganjil yang menggenapi adalah..

dan benar saja aku melihat sesosok perempuan menyejajari langkah kaki Rudi.
@bacahorror aku yang menganggap ini tak beres, meminta untuk kita meuruti saja kata bapak" tadi.

"kak, maaf. mending kita lewat atas saja" kataku
"Kenapa? percaya sama bapak2 tadi?" kata Bagas nyalang
"Bukan.."
"Halah" kata Lidia memotong.
@bacahorror karna kesal Bagas pun menaiki sebuah batu agar jelas melihat keseluruhan dari kami, lalu berbicara dengan intonasi keras.

"Kalau kalian gak mau dan gak bisa di atur, lebih baik kalian pulang saja! bikin repot!" Kata Bagas.
@bacahorror namun bukan main takutku saat melihat yang dinaiki bukan sebuah batu, namun kepala dari sebuah mahluk besar. sedang mahluk itu melihat bagas dengan tatapan yang mengerikan, dari sela kaki Bagas
#bacahoror @bacahorror

bukan itu saja, namun saat sosok besar itu terlihat marah, satu persatu sosok muncul, penuh sampai ke ke ujung sungai.

"Anjing! Buntut" pekik ku sudah tak memperdulikan pandangan orang.

Aku memang sudah terbiasa melihat mereka,
Namun untuk melihat dalam jumblak yang sangat banyak begini! Sungguh baru kali ini.

Aki memang pernah dengar dari mbah ku, kalau yg dominan pasti punya buntut!

Dan sia bukan main, salah satu dari kita menginjak sosok yg paling dominan tersebut.
"Kak, pulang aja! Balik ke tenda" kataku setengah berteriak.

"Bocah! Baru di bilangin kalau jangan ngerepotin" kata kakak itu menghentakkan kakinya kesal.

"Astaga gusti" kataku saat sosok itu berdiri di belakang kakak itu.

Wajahnya sosok yg tadinya hitam menjadi merah menyala,
Gigi taring nya keluar dari sela" mulut. Namun karna auraku terlalu kentara.

Tatapan Buto itu mengarah ke arahku.

"Awakmu iso nyawang aku" (kamu bisa liat aku) kata Buto itu dengan suara besar.

"Omongo nek bocah iki. Aku ora trimo pasuryanku di idek-idek"
(Bilang ke anak ini, saya tidak trima kepala saya di injak-injak) katanya dengan menatapku nyalang.

Astaga, badanku bukan lg gemetaran, tapi sudah mati rasa, mau ngomong pun berat macam hilang suaraku.

"K..ka..kak.. kata so..sosok di be..belakang, ka..kak dia gak terima
Kepalanya di..diinjak" kataku terbata.

"Kamu ini ngigau? Sosok apa? Kepala siapa? Km gatau kalau ini batu?" Kata dimas kembali menghentak hentakkan kakinya.

"HMMMMMMMM LANCANG" kata sosok itu kesal bukan main.
"KAKKK AWASSSSS" teriakku saat buto itu mencoba masuk ke badan kakak tingkatku.

"Huargggg huarrggggg" raung Bagas saat mahluk itu mencoba masuk ke badanya. Bukan hanya bagas namun semua anak juga kena.

Semua bergantian masuk ke satu demi satu, diantara kami.
Pda saat itu yg tidak kemasukan hanya aku dan Laras, namun Laras sendiri punya batur, dan baturnya lah yg menempati tbuh Laras.

Aku menyeringkuk, menutup telingaku. Aku tak tau musti berbuat apa. Aku pada saat itu hanya anak berumur 15 tahun, yg terjebak diantara orang kesurupan
Namun tak lama setelah kejadian, terdengar suara yg membuatku meraup sadar.

"Wi, Dewi" kata guru pembinaku, sembari mengguncang" kan bahu ku.

"Pak" kataku menahan isak tangis.

Sungai masih sangat ramai, di air, di tepian, di pohon" semua mahluk seakan datang
Dengan raut wajah yg marah, pastilah karna tuan nya di usik.

Guruku pun dengan sigap membacakan doa" sembari memegang teman" ku satu persatu.

Namun tentu tidak semudah itu, satu hilang yg lain nya masuk. Begitu seterusnya.

"Dewi, cuman kamu yg gak kesurupan, bisa bantu bapak?
"Bantu apa pak?" Tanyaku dengan tangis yg gagal ku tahan.

"Km liat itu ada jembatan? Km lewati itu, disana ada jalan setapak, ikutin terus. Disana ada pemukiman warga. Kita bisa minta bantuan ke mereka. Karna kalau engga, takutnya sampe malam kita disini terus"
Sejujurnya ingin sekali aku menolak, enggan aku melewati jembatan sendirian.

Namum melihat kondisi kawanku yg seperti ini sial nya aku tak punya pilihan lain.

Dengan berat hati aku mengangguk, aku berlari menuju jembatan yg di tunjuk guru ku.
Namun sebagian dari mahluk" tersebut mengikutiku. Mereka penasaran, sianya mereka juga tau kalau aku bisa melihat mereka.

Aku berlari namun saat aku hendak menyebrang melewati jembatan itu, sesosok putri cantik berbadan ular melihatku dengan senyum. Aku masih terengah"
Di cegat begini, bukanya makin lancar aku bernafas. Malah menjadi semakin sulit.

Aku tau mahluk" swperti ini memiliki energi yg besar, dia bukan arwah penasaran melainkan selevel diatasnya. Mbah ku bilang dia siluman.

Yg menjadi sepertinya, biasanya semasa hidup mengabdikan
Diri ke mahluk" seperti ini.

Sehingga sewaktu mati mereka menjelma menjadi sedemikian rupa.

"Aku kepengen melu awakmu" (aku ingin ikut kamu) katanya

"Ngapunten, aku gak butuh batur" (maaf saya gak butuh abdi) kataku gemetar.
Terlihat semburat kecewa dari wajahnya, namun ahirnya dia pergi.. aku pun melanjutkan perjalanan.

Namun bukan itu saja gangguanya, saat aku melewati jalan setapak pun tercium bau yg sangat wangi.. bau bunga kopi

Namun persetan dengan bau itu
Sampai aku melihat sesuatu berbaju putih jatuh dari pohon tepat di depanku.

"Asuuu" teriak ku kagett

Terlihat sosok berbaju putih dengan rambut panjang yg menutupi seluruh wajahnya.

Namun aku mengabaikanya dengan terus berlari. Aku tau saat aku berlari
Banyak mahluk yg mengikutiku. Namun dengan segenap hati aku mengabaikanya.

Jalanan gelap, hanya terbantu dari sinar bulan, pohon" di samping" jalan sangat besar. Dan aku sendirian. Semua seperti sedang menelanku di kegelapan.

Sedang rumah warga belum juga ku temui.
yang penting lari saja dulu, gumam ku dalam hati. sampai aku menemui rumah yang dindingnya terbuat dari anyaman banbu.

"Kulanuwun" (permisi)

aku mengatakanya berkali" sembari mengetok intu itu. sampai ahirny bapak" keluar dari dalam rumah itu
"Loh onok opo nduk?" (loh ada apa nak?) kata bapak itu mengamatiku yang tengah ketakutan parah.

"rencang kula pak" (teman saya pak) kataku masih terengah-engah

"nyapo rencange?" (kenapa temanya?)

"kesurupan" kataku.

raut wajah bapak itu terlihat kaget
walau begitu beliau bergegas mengambil senter beserta kentongan. di ketuk nya kentongan itu beberapa kali.

membuat satu persatu warga desa keluar, sampai kira-kira dua puluhan orang.

saat di tanya kronologinya aku pun bilang untuk kesana dulu saja. karna kesurupanya masal
dan hanya guruku yang tidak kena. jika harus menjelaskan lebih dulu takutnya akan memakan waktu banyak.

"yawes awakmu mlaku disek ndudohne dalan" (yasudah kamu jalan duluan ya nunjukin jalan) kata bapak itu.

aku pun mengangguk sembari berjalan cepet lebih dulu
sesampainya disana masih saja rame. walau yang orang lain lihat hanya beberapa anak, tapi tidak di penglihatanku.

aku menarik nafas panjang sebelum ahirnya kembali naik ke jembatan untuk menyebrang.

"Yaampun" gumam bapak itu melihat guruku yang kualahan
sesampainya disana aku sedikit menepi dari sungai, memandang orang-orang yang dengan sigab membantu anak-anak.

"Iki murit e njenengan mesti gawe gaduh pak! lak sampek koyok ngene" (ini muritnya bapak pasti buat gaduh! soalnya sampai kaya gini)

"Ngapunten pak, tulung"
(maaf pak, tolong) kata guruku lemah. tidak mengelak saat di salahkan.

warga pun merapat mengelilingi murit yang kesurupan sembari membacakan doa. kulihat saat mereka melingkar dan membacakan doa memang ampuh. saat yang satu keluar yang lain tak dapat masuk karna terdapat batas
akupun ikut mendoakan. dan syukurlah selang beberapa lama mereka sadar walau dengan badan yang sangat lemah.

namun saat ku kira ini semua berahir, dan saat mereka hendak di bawa ke rumah warga, ternyata sosok" itu tidka tinggal diam. walau tidak merasuki mereka terus mengikuti
namun ada hal yang tidak bisa aku katakan, jadi begitulah aku membiarkan mereka mengikuti kami sampai ke sekolah. ratusan yang ikut kami ke sekolah, dari yang berukuran kecil hinga yang sangat besar pun ada.
hari senin di sekolah.

hari senin di sekolah di sambut dengan kejadian hampir seluruh siswa kesurupan.

benrokan energi. sebetulnya dari kemarin mereka tak dapat masuk ke dalam sekolah karna banyak mahluk lain yang membatasi wilayah sekolah sebagai teritorial mereka
namun karna mereka merasa tak puas, mereka pun memaksa masuk dan inilah yang terjadi. bentrokan energi. hal itu membuat mereka masuk ke tubuh murit" agar terhindar dari mahluk lain yang ada di sekolah ku.
"Wi bantuin bapak megangin mereka" kata guruku yang kualahan memegang murit yang lain. aku pun dengan sigab membantu.

Uus pun sama dia juga tengah membantu guru yang lain untuk memegangi murid lain.
namun fokusku teralihkan ke arah ruang kesenian. ah sial umpatku melihat kawanku masuk ke sana. aku pun membuntutinya ku lihat dia tengah melenggak lenggok kan badan. wajahnya tersenyum namun tatapanya kosong. persis seperti saat di sungai waktu itu.
"Laras??" panggilku saat aku sudah di ambang pintu kesenian

namun tak ada jawaban darinya yang menambah ngeri adalah saat instrumen gamelan terdengar nyaring persis seperti tengah diadakan pagelaran wayang.

"Temenmu itu kurang ajar! pengganggu, perusak" kata Laras pelan
aku menahan nafasku saat Laras mendekatiku dengan seringaian. seperti tengah membenciku setengah mati.

"mereka tak akan bisa hilang. harus ada penawaran" katanya lagi.

dahiku berkerut, kata-kata penawaran seperti memenuhi kepalaku.
ternyata bukan hanya aku yang dengar guru pembina pramuka ternyata sedari tadi ada di belakangku, tengah memperhatikan dengan seksama.

"Apa yang mereka mau?" tanyaku

"Tanya padanya, tanya pada temanmu yang lancang itu"
saat aku akan menjawab guruku menarik lenganku sembari menggelengkan kepala. menandakan aku tak perlu menanyakan sesuatu padanya.

"Ada hal yang tidak perlu di tanyakan" kata guruku sembari menarikku.

"Kamu pasti tau siapa biang keladinya" kata guruku.
sedang aku hanya mengangguk.

menunjuk salah satu murit yang tengah kesurupan. dengan sigab guruku menuju ke arah yang aku maksud. membawanya pada sosok yang tengah duduk bersila.
"Hah, kesini kamu To?"

"apa yang kamu mau?"

"Hm dupo arab, iku cukup kanggo nebus polahe anak buahmu" (dupa arab, itu cukup untuk menebus kelakuan anak buahmu"

guruku mengangguk paham sembari mengurut keningnya.

"Besok jam sembilan. sekarang bawa temanmu dari tubuh murid ku"
beberapa menit setelah percakapan singkat mereka semua satu per satu pergi dari tubuh murid-murid. aku sedikit lega saat semua sudah mulai bisa di kondisikan.

satu persatu murid pulang dengan kondisi lemah tadi harus bersyukur karna tak ada satupun yang kurag dari badan mereka
setelah semuanya pulang sisa aku dan dan pak Ato serta guru-guru yang lain.

"Wi, besok bakal ada kejadian yg lebih dari ini. sekarang kamu pulang untuk istirahat ya?" kata pak ato.

tanpa disuruh dua kali pun aku beranjak untuk pulang.
keesokan paginya aku datang sedikit telat. dari gerbag sekolah aku melihat pak Ato tengah celingukan lalu mendadak tersenyum saat melihatku.

dan ternyata benar orang yang di cari itu aku.

aku mendekati beliau, hendak menanyakan keadaan sekolah.
namun bukan main kagetkku saat pak Ato membawaku ke lapangan. sungguh di luar nalar.

sudah tersedia tumpeng, sajen, dupa, dan seperangkat sesajen lain beserta dukunya. komplit!!
"Lhoh pak kemarin yang di minta kan cuman dupa arab?" tanyaku bingung melihat semua yang serba berlebihan.

"Pak gak bisa gini, ini di luar perjanjian" kataku menambahkan.

"GPP Wi, takutnya kalau dupa arab yang lain gak kebagian. ini juga sebagai permintaan maaf" kata Pak Ato
jika tak membawa efek apapun sebenarnya aku tidak akan bersikeras. namun di lapangan yang ku lihat bukan hanya mahluk dari sungai, namun mahluk dari sekolah, dan mahluk dari rumah sakit ikut menunggui sajen itu seakan meminta bagian.
sungguh sekolahku yang tidak begitu besar kini semakin sesak rasanya.

"Pak.."

"Udahlah Wi gak masalah. ada dukun juga untuk membantu"

aku tak meneruskan kata-kataku, mau menarik sajen itu pun malah akan membuat penghuni dari rumah sakit dan sekolah marah.
ahirnya aku membiarkan dukun itu melakukan bagianya, dan menempatkan diriku hanya sebatas pengamat tak lebih.

sekitar jam sembilan murid di suruh ke lapangan sekolah, untuk mendoakan arwah yang tidak tenang. sebenarnya dari doa merega saja cukup.
aku meihat doa mereka membuat sekat pembatas antara mereka dan mahluk lain. namun nyatanya guruku lebih percaya sama dukun.

setelah berdoa, satu persatu dari mahluk itu mendekat, kulihat semakin dukun itu melafalkan mantra semakin dekat pula mahluk itu dengan murid.
dan inilah puncak dari semuanya.

siswa di suruh bubar bebarengan dengan dupa arab yang menyentuh bara arang. hingga asapnya yang mengepul bertabrakan dengan siswa yang hendak pulang. dan sialnya mahluk itu mengerumuni asab itu. dan membuat terjadinya benturan energi
yang lemah kesurupan, yang kuat hanya kejang. banyak orang salah mempersepsi kan hal itu.

orang yang ingin di masuki dan tidak bisa hanya akan bereaksi seperti teriak" tanpa bisa di tanya. sedang yang benar-benar masuk ke dalam tubuh, mereka bisa di ajak berinteraksi.
sekolah kembali kesurupan masal. ada yang hanya ketempelan ada yang benar benar masuk.

dan sayangnya yang merasuki bukan hanya dari sungai, namun yang dari rumah sakit pun banyak.

keadaan sekolahku sangat kacau. banyak yang tertawa histeris, meraung", menangis dan banyak lagi
"Wi! kok jadi gini?" tanya Pak Ato kebingungan.

"Saya sudah bilang pak. tapi bapak cegah. penempatan waktu salah, dukunya sok tau, dan guru-guru tidak bisa bernegosiasi dengan baik. sudah jelas yang mereka minta dupa arab. bukan seperangkat sajen!" kataku kesal.
Pak Ato mengacak rambutnya kasar.

"Lalu bagaimana ini Wi? sekolah makin kacau" kata Pak Ato

"Harusnya pulang kan siswa terlebih dahulu, kasih apa yang mereka mau, lalu memanggil ahli agama untuk mendinginkan situasi, bukan dukun" ahhh sial aku tak bisa menahan emosiku.
Pak Ato memandangku dengan tatapan menyesal.

"Saya tau bapak kenal dengan Buto itu" kataku dengan mata menyelidik.

membuat pak Ato terdiam sejenak.

"Harusnya kita gak kesana. harusnya Laras gak kesana kan pak?" kataku penuh emosi

"Bagaimana kamu tau?" tanya Pak Ato
"Cih, Laras punya penjaga pak, sangat disayangkan kan? harusnya saat memilih Tumbal bapak menyelidiki terlebih dahulu" kataku dengan tatapan nanar.
"saya tau bapak mau menjadikanya seakan itu kecelakaan, maka dari itu bapak mati-matian mengadakan pramuka di sekolah ini dan dengan senang hati menjadi guru pendamping" kataku tak memberi pak ato ontuk bicara.

"makanya Bapak tidak mendampingi saat menyusur sungai"
"Wi.."

"Jangan melakukan pembelaan pak. saya tau Bapak ambil andil dalam kejadian ini semua. Buto itu kesini hanya ambil bagianya. Bapak bagianya karna gagal memenuhi janji. sedang Dupa arab hanya pembayaran untuk kesalahan Bagas"
"Perjanjian baru saja dimulai kan pak? tapi naas harus mengganti dengan nyawa Bapak sendiri"

"Kamuuuu"

aku pergi dari tatapan tajam pak Ato lalu menemui kepala sekolahku.
"Pak Mur, kita panggil ahli agama saja. biar saya sama Uus yang memanggil. dan pak dukun simpan dupa arabnya jangan di habiskan" kataku dengan tatapan tajam.

"Dukun sial" Batinku dalam hati
aku menemui ahli agama dekat sekolah, kami menyampaikan niat kami untuk meminta tolah dan syukurlah beliau mau membantu.

tanpa menunggu lama kami langsung menuju sekolah. aku ingat betul sisa 20 orang yang tidak terkena. dan syukurlah hari itu banyak yang tidak masuk.
karna kemarin terjadi hal yang sama, sehingga orang tua memilih untuk meliburkan anak mereka sampai kondisi sekolah membaik.
dengan sisa 20 orang kami membuat lingkaran, lalu berdoa. sedang ahli agama dan Uus mendoakan satu persatu orang, dan saat berhasil siswa akan di masukkan di lingkaran.

satu persatu siswa di masukkan ke lingkaran. sedang satpam sudah menghubungi keluarga siswa.
sampai kira-kira tiga jam waktu yang di gunakan untuk membuat seluruh siswa pulih. siswa yang pulih segera di pulangkan. hingga menyisakan aku, dukun, ahli agama dan 4 orang guru.

"Pak masih menyiman dupa arab yang saya pesen?" tanyaku
Dukun itu diam.

"Pak, kalau ini gak selesai yang mati bukan hanya dia tapi bapak juga" kataku setelah menunggu pak Ato.

dukun itu menatapku tajam, seolah ingin membunuhku pada saat itu juga.

"Pak liat itu. sedari tadi dia mengawasimu" kataku menunjuk Laras yang menyeringai.
seteah aku menunjuk ke arah Laras dukun itu mengeluarkan dupa arab yang aku minta.

setelah dupa itu ada di tanganku mereka mendekat, aku hampir saja di buat sesak karna jumblah mereka yang sangat banyak.
"Ini sebagai permintaan maaf. ini untuk kesalahan kawanku. ini untuk ketidak tahuan kami. ini untuk setiap kesalahkan yang kita lakukan. dengan ini kami menolakmu dan dengan ini pula kami mengantarmu pulang. silahkan ambil bagianmu. bagianmu tidak ada di antara aku dan kawan2 ku"
aku mengatakan sembari menabur sedikit demi sedikit dupa arab yang ada di tanganku. dan begitulah satu persatu diantara mereka menghilang.

menyisakan penghuni rumah sakit dan penghuni sekolah.
"Kalian juga pulang, kalian sudah banyak mengambil bagian" kataku sembari memandang sajen yang sudah habis berantakan, setidaknya itulah yang aku lihat. walau yg orang lain lihat sajen itu masih utuh.
setelah semua hilang aku menghampiri Pak Ato.

"Pak, semua keputusan punya konsekuensinya. menggadaikan nyawa seseorang untuk kepuasan pribadi itu perbuatan keji. semoga ini semua bisa menjadi pelajaran."
aku pergi tanpa menunggu jawaban menhampiri Laras yang terduduk dalam rengkuhan Uus. dia pingsan mungkin saja karna energinya terkuras banyak.

"Trimakasih" kata seorang di balik tubuh Laras.

tak ada balasan dariku hanya senyum yang ku sunggingkan dengan terpaksa.
mengetahui guruku memiliki andil dalam masalah ini dan sebentar lagi mati bukanlah hal yang menyenangkan.

namun aku sangat bertrimakasih pada sosok di belakang Laras. masih terekam jelas kejadian tadi malam. kejadian paling menyeramkan dalam hidupku.
dimana beliau menungguku diambang pintu dengan raut wajah yang mengerikan. mengira aku juga membuat tuanya terancam dalam bahaya. dan ternyata bocah yang dia maksud bukan Bagas tapi Pak ato.
ternyata beliau mengincar Laras sudah sangat lama. mengetahui fakta itu menjadikan semua kejadian tidak abu-abu. dan membuat semuanya menjadi sangat jelas sekarang.

aku menyunggingkan senyum sekali lagi. lalu membopong Laras untuk mengantarnya pulang.
itulah kisah yang hingga sekarang tidak dapat aku lupakan.

Pak Ato meninggal sebulan setelah kejadian. akupun melayat pada saat itu. meninggal karna gangguan jiwa orang bilang. karna sebelum meninggal beliau selalu berteriak seperti orang ketakutan.
padahal aku tau betul penyebab ketakutanya.

itu sedikit kisah yang dapat aku bagikan. sedikit kisah di bangku sma ku. semoga kalian menyukainya.

salam
Dewi Lestanti
Tamat
Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh.

Enjoying this thread?

Keep Current with Jikumunya

Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just three indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!